DEMAK BICARA - Peristiwa Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S PKI) merupakan salah satu peristiwa paling kelam dalam sejarah bangsa Indonesia.
Pada tahun 1965, kudeta yang dilancarkan oleh PKI berujung pada penghilangan nyawa beberapa jenderal dan perwira tinggi militer Indonesia.
Gerakan ini dilandasi dengan tujuan menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dan mengubah Indonesia menjadi negara berideologi komunis.
Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah salah satu partai tertua dan terbesar di Indonesia yang memiliki paham komunis.
Baca Juga: Hari Kesaktian Pancasila dan Tragedi G30SPKI, Pentingnya Memahami Sejarah
Pada masa itu, PKI terdiri dari anggota dengan berbagai latar belakang, mulai dari intelektual, buruh, hingga petani.
Pada puncaknya, PKI berhasil meraih suara terbesar keempat dalam pemilihan umum dengan persentase suara mencapi 16,4 persen.
Latar Belakang Peristiwa
Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah salah satu partai politik terbesar di Indonesia pada masanya dengan ideologi komunis yang mereka anut.
PKI berasal dari organisasi sosialis yang didirikan pada tahun 1914 oleh Henk Sneevliet, seorang tokoh sosialis Belanda dengan nama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) atau Perserikatan Sosial Demokrat Hindia.
Pada awalnya, ISDV didominasi oleh orang-orang Belanda, namun berkembang pesat di kalangan masyarakat Hindia Belanda, terutama setelah berhasil menarik perhatian Sarekat Islam (SI) yang merupakan organisasi terbesar saat itu.
Dalam perkembangannya, ISDV mengalami perpecahan yang melahirkan dua sayap berbeda, yaitu SI Putih yang berideologi Islam dan SI Merah yang berideologi komunis.
Pada tahun 1920, ISDV berganti nama menjadi Perserikatan Komunis di Hindia Belanda dan pada tahun 1924 berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) yang terus berdiri hingga negara Indonesia terbentuk..
Sebelum peristiwa G30S, PKI sudah beberapa kali melakukan aksi untuk menggulingkan pemerintahan Indonesia.
Pada tahun 1948, terjadi pemberontakan di Madiun yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin dan Muso.
Pemberontakan ini bertujuan mendirikan negara Republik Indonesia Soviet dengan mengganti dasar negara Pancasila menjadi komunisme.
Meski pemberontakan ini berhasil ditumpas, PKI tetap melanjutkan pergerakannya di bawah tanah.
Kronologi Terjadinya G30S PKI
Peristiwa G30S PKI dimulai pada 30 September 1965 malam. Gerakan ini dipimpin oleh Ketua KPI, Dipa Nusantara Aidit (DN Aidit) yang berencana menggulingkan kekuasaan Presiden Soekarno dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis.
Untuk melancarkan aksinya dan melemahkan pertahanan militer Indonesia, PKI menculik dan menghilangkan nyawa para jenderal dan perwira tinggi militer.
Aksi penculikan ini dimulai di Jakarta yang dipimpin oleh Letkol Untung Syamsuri yang merupakan Komandan Batalyon I Cakrabirawa.
Tanggal 30 September 1965, Letkol Untung menunjuk Lettu Dul Arief sebagai ketua pelaksanaan penculikan para jenderal dan perwira tinggi militer Indonesia.
Pukul 03.00 WIB pasukan Cakrabirawa dan anggota PKI tersebut bergerak dari Halim Perdanakusuma menuju kediaman para perwira tinggi militer Indonesia.
Pasukan tersebut langsung mengeksekusi Letjen Ahmad Yani, Mayjen MT Haryono, dan Brigjen DI Panjaitan di rumah mereka masing-masing.
Selain itu, mereka menangkap Mayjen S Parman, Brigjen Sutoyo, dan Kapten Pierre Tendean (yang disangka sebagai Jenderal AH Nasution).
Jenderal AH Nasution sendiri sudah berhasil kabur. Dia pergi melewati dinding yang berbatasan dengan taman di Kedutaan Besar Irak.
pasukan Cakrabirawa membawa jenazah ketiga perwira dan mengeksekusi ketiga lainnya di Lubang Buaya.
Keenam jenazah perwira tinggi militer dimasukan ke dalam sumur di Lubang Buaya dengan diameter 75 sentimeter dan kedalaman 12 meter.
Gerakan ini menyebar juga ke Jawa Tengah dan Yogyakarta.
PKI kemudian menguasai gedung Radio Republik Indonesia (RRI) dan mengumumkan Dekrit No 01 yang menyatakan G30S sebagai gerakan penyelamat negara dari Dewan Jenderal yang ingin mengambil alih kekuasaan.
Tanggal 3 Oktober 1965 setelah melakukan serangkaian pencarian, keenam perwira tinggi militer yang dieksekusi tersebut berhasil ditemukan.
Pada tanggal 22 November 1965, DN Aidit ditangkap di Desa Sambeng, Solo dan dieksekusi mati keesokan harinya.
Kemudian, pasa tanggal 12 Maret 1966, PKI dibubarkan setelah dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 1/3/1966 perihal pembubaran Partai Komunis Indonesia.***