Selat Muria, Kerajaan Demak, dan Mitos di Masyarakat Soal Banjir Demak, Benarkah Saling Terhubung?

- 30 Maret 2024, 15:30 WIB
Selat Muria yang hilang dan dikaitkan dengan banjir Demak.
Selat Muria yang hilang dan dikaitkan dengan banjir Demak. /Instagram/@_infoseputarblora/

DEMAK BICARA - Musibah banjir yang melanda Demak hingga Kudus belakangan ini menimbulkan berbagai isu lingkungan, termasuk di antaranya dikaitkan dengan Selat Muria yang telah hilang.

Banjir Demak yang dianggap sebagai kemunculan kembali Selat Muria yang hilang sejak lama kini masih cukup ramai dibicarakan masyarakat, meski telah dikonfirmasi hal tersebut tak ada kaitannya sama sekali.

Lalu bagaimana sejarah Selat Muria ini hingga kemudian hilang dan isu kemunculannya kembali dikaitkan dengan banjir Demak?

Baca Juga: Pengaruh Selat Muria terhadap Kelangsungan Kerajaan Demak, Jalur Perdagangan hingga Kekuatan Maritim

Sejarah Selat Muria

Selat Muria merupakan kawasan perairan yang dahulu menghubungkan Pulau Jawa dengan Gunung Muria, memainkan peran penting dalam sejarah dan geografi wilayah pesisir utara Pulau Jawa.

Namun, keberadaannya telah menjadi sorotan karena telah lama hilang dan kini ramai diperbincangkan karena dianggap berkaitan dengan banjir Demak.

Sejarah menunjukkan bahwa Selat Muria sebelumnya memisahkan Gunung Muria sebagai sebuah pulau terpisah dari Pulau Jawa, sebelum kedua pulau tersebut bergabung pada periode sebelum abad ke-17.

Kota-kota tua bersejarah seperti Demak, Jepara, Kudus, Pati, Juwana, dan Rembang, yang berada di sepanjang wilayah pesisir utara Selat Muria, pernah menjadi pusat-pusat perdagangan penting pada masa lalu.

Jalur pelayaran Selat Muria memainkan peran vital dalam ekonomi, politik, dan wilayah pada masa Kerajaan Demak, terutama selama era Pangeran Trenggono (1504-1546).

Namun, seiring berjalannya waktu, peran Selat Muria dalam dinamika wilayah ini mengalami perubahan.

Studi oleh De Graaf dan Pigeaud menunjukkan bahwa Selat Muria mengalami pendangkalan setelah abad ke-17, sehingga kapal-kapal tidak lagi dapat berlayar di jalur tersebut kecuali pada musim hujan.

Penyebab utama pendangkalan ini adalah pengendapan material sedimen dari Gunung Muria dan Pegunungan Kendeng, serta perubahan aliran sungai seperti Sungai Tuntang.

Perubahan lanskap ini menyebabkan delta-delta sungai seperti Delta Tuntang, Delta Welahan, dan Delta Kudus berkembang dengan cepat, yang pada akhirnya mengakibatkan hilangnya Selat Muria dan mengubah pola aliran sungai serta sistem drainase di Kabupaten Demak.

Dampak hilangnya Selat Muria sangatlah signifikan. Pelabuhan Demak menjadi sepi dari kapal dagang karena kehilangan jalur strategis ini, yang mengubah dinamika ekonomi dan sejarah wilayah tersebut secara keseluruhan.

Meskipun masyarakat mungkin mencoba mengaitkan kemunculan kembali Selat Muria dengan banjir Demak, namun sebenarnya tak ada hubungan langsung antara keduanya.

Banjir Demak sendiri merupakan kompleksitas dari berbagai faktor, termasuk pola hujan ekstrem, pendangkalan sungai, dan perubahan tata guna lahan.***

Editor: Ryadh Fadhillah Junianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah