Network
DEMAK BICARA - Jahe, rempah yang telah menyatu erat dengan sejarah peradaban manusia, bukan sekadar bumbu dalam dapur, melainkan sebuah cerita panjang yang melibatkan perdagangan, penjelajahan, dan pengobatan.
Mari kita telusuri jejak sejarah jahe, dari gelar 'raja rempah' hingga menjadi bagian tak terpisahkan dari obat tradisional di berbagai budaya.
Sejarah jahe dimulai di Asia Tenggara, di mana rempah ini pertama kali ditemukan dan digunakan oleh masyarakat untuk keperluan kuliner dan obat-obatan.
Baca Juga: Jahe sebagai Ramuan Ajaib Pengusir Penyakit dan Peningkat Imun, Simak Penjelasannya
Pada zaman dahulu, jahe bukan hanya dianggap sebagai rempah yang memberikan rasa pedas dan harum, tetapi juga diakui sebagai simbol kemewahan dan kekuasaan.
Di banyak budaya, jahe dijuluki sebagai 'raja rempah' karena nilainya yang tinggi dan kemampuannya untuk meningkatkan rasa pada hidangan istimewa.
Selama masa penjelajahan maritim pada abad ke-15 hingga ke-17, jahe menjadi objek perdagangan yang sangat bernilai. Pelayaran para penjelajah Eropa menciptakan jaringan perdagangan rempah yang menghubungkan Asia, Eropa, dan Afrika.
Jahe menjadi salah satu komoditas yang sangat dicari dan menjadi bagian penting dari kekayaan bangsa-bangsa yang terlibat dalam perdagangan rempah.
Jahe dalam pengobatan tradisional
Tidak hanya di dunia kuliner dan perdagangan, jahe juga memiliki jejak yang dalam dalam pengobatan tradisional.
Di berbagai budaya seperti Tiongkok, India, dan Mesir kuno, jahe dihargai sebagai obat yang berkhasiat. Dipercaya dapat meredakan berbagai masalah pencernaan, jahe juga digunakan sebagai tonik untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
