Mengenang Dengan Mengenal Lebih Dekat Gus Dur di Hari kelahirannya, 7 September

- 7 September 2021, 07:09 WIB
Mengenang Dengan Mengenal Lebih Dekat Gus Dur di Hari kelahirannya
Mengenang Dengan Mengenal Lebih Dekat Gus Dur di Hari kelahirannya /Dok/indonesia.go.id

 

Demak Bicara - Mengenang dengan mengenal lebih dekat Gus Dur di hari kelahirannya, 7 September. Siapa yang tidak kenal dengan sosok Gus Dur presiden RI ke-4 ini?

Gus Dur memiliki nama lengkap Abdurrahman Wahid yang lahir pada tanggal 7 September 1940 di Jombang Jawa Timur.

Sebelum bernama Abdurrahman Wahid, Gus Dur memiliki nama Abdurrahman Ad Dakhil (penakluk).

Baca Juga: Tausiyah Harlah PKB ke 23 Ketum PBNU Minta Tolong PKB Sadarkan Kiai yang Tidak Percaya Covid-19 dan Vaksinasi

Gus Dur adalah sosok luar biasa dan merupakan sosok yang menginspirasi, terkenal dengan kata-katanya yang melegenda “Gitu aja kok repot”. 

Dan untuk mengenang Gus Dur, Demak Bicara akan menyajikan biografi yang diambil dari Gramedia.com sebagai sumber utama dan beberapa sumber yang lainnya untuk mengenal lebih dekat Gus Dur di hari kelahirannya.

Gus Dur adalah sosok istimewa di hati rakyat Indonesia, khususnya kalangan Nahdliyyin (warga NU) pasalnya, Gus Dur merupakan cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama yakni Hadratussyekh KH. Hasyim Asy'ari.

Baca Juga: Lantaran Sebut Muazin. Presiden Jokowi Dibully, Intelektual NU Membela

Gus Dur merupakan putra pertama dari enam bersaudara. Ayahnya bernama KH. Wahid Hasyim yang merupakan putra dari KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi massa Islam terbesar di Indonesia dan sekaligus pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang.

Ibunya bernama Hj. Sholehah merupakan putri KH. Bisri Syansuri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, Jawa Timur.

Kakek Gus Dur dari sanad ibunya merupakan Rais ‘Aam di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sebagai pengganti posisi KH. Wahab Chasbullah.

Baca Juga: Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi Kwitang Ulama yang diusulkan PWNU DKI Jakarta Menjadi Pahlawan Kemerdekaan

Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang kontroversial dan berdedikasi tinggi terhadap penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) pembela kaum minoritas.

Atas perjuangan dan perhatiannya juga terhadap kaum minoritas, Gus Dur pun disebut sebagai bapak pluralisme dan guru bangsa.

Tahun 1949, ayah Gus Dur diangkat menjadi kepala Menteri Agama pertama sehingga keluarga Wahid Hasyim pindah ke Jakarta untuk memasuki suasana yang baru.

Baca Juga: Ketua Pimpinan Pusat GP ANSOR Adakan Lomba Menulis Surat Untuk Indonesia Berhadiah Jutaan Rupiah

Setelah kepindahannya di Jakarta, sejumlah tamu dari berbagai kalangan bertandang ke kediaman KH. Wahid Hasyim. Hal itu menjadikan Gus Dur menambah pengalaman untuk mengenal dunia politik.

Sejak kecil Gus Dur sudah terlihat memiliki kesadaran penuh untuk mengemban tanggung jawab terhadap Nahdlatul Ulama (NU).

Sekitar bulan April tahun 1953, Gus Dur Bersama ayahnya berangkat ke Sumedang, Jawa Barat untuk menghadiri pertemuan Nahdlatul Ulama (NU) dengan mengendarai mobil, akan tetapi di tengah perjalanan mengalami kecelakaan yang mengakibatkan ayahnya meninggal.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Sosok Hasan Basri Sagala, Kasatkornas Banser yang Baru

Pasca jatuhnya kepemimpinan Presiden Soeharto di tahun 1998, sejumlah kalangan memintanya membuat partai sebagai basis gerakan ideologi politik khas NU, Gus Dur menyanggupi karena menyadari bahwa partai politik merupakan satu-satunya cara untuk berjuang di dunia politik (pemerintahan).

Pada 7 Februari 1999 PKB secara resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat pemilihan presiden. Kemudian pada Juni 1999 partai PKB beraliansi dengan PDIP dikarenakan tidak memiliki kursi mayoritas penuh.

Pada Juli 1999, Amin Rais membentuk poros tengah yang berisi partai-partai politik muslim. Poros tengah ini mencalonkan Gus Dur sebagai kandidat ketiga pada pemilihan presiden. Hal ini tentu saja merubah komitmen terhadap PDI-P.

Baca Juga: Viral! Kisah Driver Ojol yang Juga Anggota Banser ini Gratiskan Biaya Antar Kebutuhan Warga Isoman

Pada 7 Oktober 1999, Gus Dur secara resmi dinyatakan sebagai calon presiden oleh Poros Tengah.

Pada 19 Oktober 1999, MPR menolak pidato pertanggungjawaban Habibie dan ia mundur dari pemilihan presiden.

Kemudian, Akbar Tanjung, ketua Golkar dan ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan Golkar akan mendukung Gus Dur.

Baca Juga: Bupati Blora Arief Rokhman Usulkan Nama Abdurrahman Wahid Untuk Bandara Ngloram Blora, Ganjar ; Saya Setuju!

Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali berkumpul dan mulai memilih presiden baru. Abdurrahman Wahid kemudian terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara, sedangkan Megawati hanya 313 suara.

Di masa kepemimpinan Gus Dur sebagai Presiden adalah masa tercepat dalam menjabat, yakni di rentang waktu 20 Oktober 1999 sampai dengan 23 Juli 2001.

Lengsernya Gus Dur pun menyimpan fenomena yang sangat luar biasa, hingga diabadikan dalam sebuah buku 'menjerat Gus Dur' yang ditulis Virdika Rizky Utama.

Baca Juga: Menyoal Covid-19, Ketum PP GP ANSOR Instruksikan Baca Surah Yasin Satu Kali Sehari

Gus Dur mempunyai 3 saudara kandung, yakni Salahuddin Wahid, Aisyah Hamid Baidhowi dan Lily Chodijah Wahid.

Adapun anak kandung Gus Dur ada 4 yaitu Alissa Qotrunnada Wahid, Zannuba Ariffah Chafsoh Wahid, Anita Hayatunnufus Wahid dan Inayah Wulandari Wahid.

Dan bertepatan dengan hari lahirnya ini, mari kita doakan agar Gus Dur yang meninggal pada tanggal 30 Desember 2009 (usia 69),  selalu diberikan kenikmatan di alam kuburnya dan apa yang menjadi perjuangannya bagi bangsa Indonesia Allah ridhoi. Aamiin. ***

Editor: Rizky Iqromullah

Sumber: gramedia.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah