“Yang perlu kita cermati adalah adanya masyarakat muslim yang bersikap eksklusif atau bertindak kekerasan karena beda paham keagamaan. Jika sudah berlebihan seperti ini, maka moderasi beragama sangat penting dan dibutuhkan,” ucap LHS.
LHS berpesan, menyikapi orang yang bersikap ekstrem, maka kita tidak bisa menanggapinya dengan keras dan bersikap ekstrem juga.
“Menghadapi kondisi yang demikian, tugas kita bersama untuk mengajak mereka kembali ke tengah dan mengambil jalan tengah dalam beragama. Tidak terlalu ke kanan atau ke kiri,” kata LHS.
Baca Juga: Viral! Kisah Driver Ojol yang Juga Anggota Banser ini Gratiskan Biaya Antar Kebutuhan Warga Isoman
“Agama juga tidak mengajarkan kita bersikap merusak. Moderasi beragama mengajak kita agar tidak tercerabut dari ajaran Islam yang moderat,” ucap LHS.
Dunia mengenal Indonesia sebagai bangsa yang relijius. Apapun agama masyarakat Indonesia, sikap relijius dan ritual keagamaan sangat lekat.
“Di Indonesia, orang masih dalam kandungan, lahir hingga meninggal ada ritual kegamaan. Bahkan kegiatan publik selalu ada doanya. Bahkan doanya terkadang lintas agama. Hal ini tidak banyak dimiliki bangsa lain di dunia,” kata LHS.
“Inilah Indonesia. Moderasi beragama lahir untuk menyikapi saudara kita yang memiliki cara pandang bahwa Indonesia harus sekuler atau berdasarkan agama tertentu,” kata LHS,
Di akhir acara, LHS mengapresiasi adanya Duta Harmoni, yang menurut pandangannya wajib ikut serta menyebarluaskan Moderasi Beragama di Lingkungan masing-masing.