Turuti Permintaan Warganet di Twitter, Bjorka Kuak Kronologi dan Pelaku di Balik Kasus Pembunuhan Munir

- 12 September 2022, 17:45 WIB
Turuti Permintaan Warganet di Twitter, Bjorka Kuak Kronologi dan Pelaku di Balik Kasus Pembunuhan Munir
Turuti Permintaan Warganet di Twitter, Bjorka Kuak Kronologi dan Pelaku di Balik Kasus Pembunuhan Munir /Twitter/@Bjorkainsm

DEMAK BICARA – Simak kronologi dan pelaku kasus pembunuhan aktivis HAM, Munir, yang dibocorkan Bjorka.

Bjorka sosok hacker yang mulai terkenal berkat meretas banyak data warga dan pemerintah Indonesia akhirnya membocorkan kronologi dan pelaku kasus pembunuhan Munir.

Warganet Indonesia mendesak Bjorka untuk mempublikasi kronologi dan pelaku pembunuhan Munir melalui akun Twitter @bjorkanism.

Baca Juga: Kembali Dibuka! Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 45, DaftarSegera Di Sini!

Sebelum akun @bjorkanism kena banned pihak Twitter, mengunggah tautan yang berisikan artikel kronologi dan profil pelaku yang membunuh Munir melalui akunnya pada Minggu, 11 September 2022 pukul 05.55 WIB.

“Ya, saya tahu kalian sudah menunggu. Jadi, siapa yang membunuh orang baik ini?” tulis Bjorka merujuk pada sosok Munir dan tautan artikel berisi kronologi dan pelaku pembunuhan aktivis HAM tersebut

Tautan tersebut terhubung ke tulisan Bjorka di Telegraph yang menjelaskan kronologi dan pelaku pembunuhan Munir.

Simak kronologi dan pelaku yang disebut Bjorka bertanggung jawab dalam kasus pemunuhan aktivi HAM, Munir.

Kronologi Pembunuhan Munir Menurut Bjorka

Artikel berisi kronologi dan pelaku pembunuhan Munir itu berjudul Who Killed Munir? (Siapa yang Membunuh Munir?).

Baca Juga: Akun-akun Baru Hacker Bjorka Bermunculan Usai Kena Banned Twitter, Bukan Aksi Satu Orang?

Bjorka menyebut Muchdi Purwopranjono yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Partai Berkarya sebagai sosok di balik pembunuhan Munir.

Munir merupakan koordinator KontraS yang sangat vokal mengungkapkan bahwa pelaku penculikan 13 aktivis periode 1997-1998 adalah anggota Kopassus yang termasuk ke dalam Tim Operasi Mawar.

Akibat pengungkapan itu, Muchdi Purwopranjono yang menjabat sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus menjadi tidak senang dengan Munir.

Berkat pengungkapan identitas dari Munir, Muchdi harus diberhentikan dari jabatan barunya selama 52 hari.

Muchi ditunjuk menjadi Kepala Deputi V BIN pada 27 Maret 2003.

Posisi tersebut disebut sebagai ‘pPosisi yang membuka banyak kesempatan untuk menghentikan aktivis, korban mendiang Munir, yang merugikan terdakwa’.

Muchdi memanfaatkan jaringan nonorganik BIN, yaitu Pollycarpus Budihari Priyanto seorang pilot PT Garuda Indonesia Airways untuk membunuh Munir.

Saat itu, Munir diketahui akan terbang ke Belanda menggunakan pesawat Garuda Indonesia.

Pollycarpus kemudian diangkat sebagai petugas keamanan penerbangan agar bisa naik pesawat Garuda Indonesia manapun, termasuk pesawat yang nanti ditumpangi Munir.

Selanjutnya, Bjorka menjelaskan Pollycarpus membuat surat rekomendasi kepada PT Garuda Indonesia agar ditempatkan di bagian keamanan perusahaan.

Rancangan surat itu Pollycarpus ketik menggunakan komputer di ruang staf Deputi V BIN yang diketuai Muchdi.

 Setelah selesai, surat itu dikoreksi oleh saksi Budi Santoso yang sempat bertanya, “Ini untuk apa?”.

Polly menjawab, “Pak, saya ingin bergabung di bagian keamanan perusahaan karena ada banyak masalah pada Garuda”.

Budi Santoso membantu memperbaiki surat itu karena tahu Polly adalah anggota nonorganik dari Muchdi.

Polly lalu membawa surat itu ke ruangan Muchdi.

Beberapa hari kemudian, Polly mengatakan pada Budi Santoso, “Pak, saya mendapat tugas dari Mr. Muchdi Purwopranjono untuk membunuh Munir”.

Surat itu ditandatangani dan disimpan dalam amplop BIN dengan nomor R-451/VII/2004 yang langsung diberikan Polly pada Indra Setiawan selaku Presiden Direktur PT Garuda Indonesia Airways.

Polly akhirnya ditugaskan sebagai bagian keamanan perusahaan seperti yang dia minta.

Selanjutnya, Polly menelepon Munir yang diangkat oleh sang istri, Suciwati untuk bertanya kapan Munir akan pergi.

Suci menjawab kalau suaminya akan pergi pada Senin, 6 September 2004 menggunakan Garuda Boeing 747.400 Penerbangan GA-974.

Polly mengatur agar bisa bergabung dengan penerbangan tersebut sebagai kru tambahan.

Polly seharusnya menjadi pilot utama dalam penerbangan ke Peking, China dari 5-9 September 2004.

Akhirnya, pada penerbangan Senin, Polly bisa menerbangkan pesawat yang dinaiki Munir dari Bandara Soekarno-Hatta.

Pukul 23.32 WIB, setelah terbang sekitar 120 menit, pesawat mendarat di Bandara Changi Singapura.

Polly yang pernah bertemu Munir membawa korban ke Coffee Bean melalui Gerbang 42.

Polly memesankan dua minuman, berisi racun arsenik untuk korban, dan diminum Munir.

Selanjutnya, Munir kembali ke pesawat untuk melanjutkan penerbangan, sementara Polly terbang kembali ke Jakarta.

Pada Selasa, 7 September 2004 pukul 10.47, Polly menghubungi Budi Santoso dan menyatakan 'Menemukan Ikan Besar di Singapura'.

Ikan Besar atau Big Fish merupakan idiom Bahasa Inggris yang berarti orang penting, sukses, atau berpengaruh, dalam hal ini bisa berarti Munir.

Sementara itu, Munir meninggal dua jam di atas langit Rumania sebelum pesawat mendarat di Bandara Schipol Amsterdam, Belanda.

Hasil autopsi pihak berwenang Belanda menyatakan tubuh Munir mengandung 3,1 miligram racun arsenik.

Proses Pengadilan Pelaku Pembunuh Munir

Bjorka juga menjelaskan proses pengadilan para tersangka yang diduga melakukan pembunuhan terhadap Munir.

Putusan hakim terhadap terdakwa Muchdi pada Rabu, 31 Desember 2008 berbeda jauh dari tuntutan jaksa selama 15 tahun penjara.

“Menyatakan terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan merencanakan pembunuhan Munir, sesuai dakwaan jaksa," ujar Ketua Majelis Hakim Suharto, dikutip dari tulisan Bjorka.

Tiga orang terduga melakukan pembunuhan Munir menghirup udara bebas.

Indra Setiawan mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia yang divonis hakim karena ikut membuat surat palsu dibebaskan setelah menjalani satu tahun penjara.

Pollycarpus, yang dituduh sebagai algojo pembunuhan Munir, dibebaskan pada 28 September 2014.

Sementara itu, Muchdi bahkan terbebas dari segala tuduhan merencanakan pembunuhan terhadap Munir.

Selain ketiga terduga pelaku pembunuhan Munir tersebut, Bjorka juga menyebutkan nama Ketua BIN saat itu, AM Hendropriyono, serta presiden Indonesia yang menjabat, Megawati Soekarnoputri.

Menurutnya, seorang bawahan, merujuk pada ketiga terduga pembunuh Munir, tidak mungkin bertindak sendiri tanpa perintah atasan.

"Tak lupa AM Hendropriyono menjabat sebagai Ketua BIN, dan Megawati menjabat sebagai Presiden. Jadi tidak mungkin seorang deputi bisa bertindak sendiri," tulis Bjorka.

Bjorka sempat menyebut nama Presiden Joko Widodo yang selalu berjanji akan menuntaskan kasus Munir tapi tidak pernah terealisasi.

Bjorka menjelaskan kasus Munir bisa saja terancam kadaluwarsa dan tidak ada perkembangan lagi.

Ia lantas menanyakan janji Jokowi untuk mengungkapkan pelanggaran HAM berat, termasuk kasus Munir.

Cuitan Bjorka mengenai tautan artikel kronologi dan pelaku pembunuhan Munir telah terhapus seiring akun @bjorkanism ditangguhkan Twitter.

Namun, artikel aslinya masih tersedia di link Telegraph Bjorka.***

Editor: Kusuma Nur


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x