Saat bertanya pada siswa, Ganjar mendapat jawaban bahwa mereka masih menunggu guru yang belum datang. Mereka duduk-duduk sambil ngobrol dengan jarak kurang dari satu meter. Bahkan beberapa siswa terlihat berpegangan dan ada yang memeluk temannya.
"Masih nunggu guru pak, ini mau asessment nasional berbasis komputer (ANBK) pak," jelas salah satu siswa.
"Ayo jangan pegang-pegangan. Sudah diajari protokol kesehatan belum. Ayo jaraknya berapa meter, yang tadi pegang-pegang temannya langsung cuci tangan ya. Ayo bapak ibu, segera dimasukkan ke kelas. Jangan berkerumun seperti ini, bahaya!" perintah Ganjar pada siswa.
Baca Juga: Ratusan Unit Rumah Khusus Tengah dibangun Pemerintah di Perbatasan RI – Timor Leste
Ganjar pun langsung menegur sejumlah guru yang ada di sana untuk segera melakukan evaluasi. Setelah siswa masuk ke kelas, Ganjar menasehati guru-guru agar tidak lelah mengedukasi protokol kesehatan.
"Tolong dijaga bu, ini banyak orang tua was-was, anaknya aman apa tidak saat di sekolah. Tolong jaga anak-anak kita ya," tegasnya.
Ganjar meminta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Semarang dan kepala sekolah sering-sering ngecek ke lapangan. Kebiasaan baru saat ini memang perlu dilakukan agar anak-anak bisa membiasakan diri.
Baca Juga: Bikin Bangga ! Pemprov Jateng Dapat Penghargaan WTP 10 Kali Berturut Dari Kemenkeu
"Kalau seperti tadi, harusnya ada patroli. Ada satgas sekolah. Ternyata sekolah ini belum membentuk satgas. Jadi kalau melihat anak-anak berkerumun seperti itu, dianggapnya biasa. Padahal kan itu bahaya," ucapnya.
Tidak boleh lagi kejadian-kejadian semacam itu terulang. Pihaknya meminta sekolah segera membentuk satgas dan melakukan evaluasi total.