Kenapa Kerumunan Massa Jadi Tragedi Mematikan di Itaewon dan Kanjuruhan? Ini Penjelasan Para Ahli

2 November 2022, 19:37 WIB
Apa yang Harus Dilakukan Saat Terjebak di Kerumunan? Berikut Tipsnya /

DEMAK BICARA – Sejumlah ahli menjelaskan alasan kerumunan massa berubah menjadi tragedi mematikan, seperti yang terjadi di Itaewon dan Kanjuruhan.

Belakangan terjadi banyak kasus tragedi kerumunan massa yang mengakibatkan banyak korban jiwa, contohnya tragedi Kanjuruhan dan Itaewon pada Oktober 2022.

Sebanyak 156 orang meninggal dunia pada perayaan Halloween di Itaewon, sementara 135 korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan.

Dua kejadian yang baru terjadi ini menimbulkan pertanyaan mengapa kerumunan massa berubah menjadi tragedi mematikan.

Baca Juga: Update Tragedi Itaewon: 156 Korban Tewas, Terduga Provokator Mengaku Tidak Salah, dan Polisi Investigasi CCTV

Suatu kerumunan dapat menimbulkan kekuatan sangat besar bagi orang di dalamnya, bahkan diperkirakan mampu membengkokkan besi.

Akibatnya, orang-orang dalam kerumunan terkena tekanan yang sangat kuat.

Penyebab Terjadi Kerumunan yang Berbahaya

G. Keith Still, profesor tamu dari ilmu kerumunan di Universitas Suffolk di Inggris, menjelaskan penyebab suatu kerumunan dapat menjadi bencana yang mematikan.

Menurutnya, kejadian terjadi karena tidak ada ruang yang cukup luas dan jalan yang cukup besar untuk orang bergerak.

Suatu hal yang muncul mendadak sehingga memicu pergerakan semua orang ke arah yang sama juga dapat menyebabkan kerumunan.

Baca Juga: Dokter dan Pemadam Kebakaran Ungkap Momen Tragis Korban Tragedi Itaewon, RS Penuh hingga Lakukan CPR di Jalan

Di suatu acara yang terencana, kerumunan bisa membahayakan jika pihak penyelenggara tidak memiliki sistem manajemen kerumunan yang baik, seperti memberikan peringatan sebelum kerusuhan terjadi.

Penyebab Orang Tewas di Tengah Kerumunan

Menurut Still, tekanan dalam kerumunan menyebabkan orang jatuh dan sulit bernapas.

“Saat orang berjuang untuk bangun, lengan dan kaki terpelintir. Pasokan darah mulai berkurang ke otak,” ujarnya.

Still menjelaskan, “Dibutuhkan 30 detik sebelum orang itu kehilangan kesadaran. Sekitar enam menit, ia akan mengalami asfiksia kompresif atau restriktif. Itu yang umumnya dikaitkan sebagai penyebab kematian. Bukan tertekan, tetapi mati lemas.”

Prof. Martyn Amos, pakar kerumunan dan profesor ilmu komputer dan informasi di Universitas Northumbria, menyetujui hal ini.

“Ketika seseorang tertekan dalam kerumunan, tulang rusuknya tidak dapat mengembang untuk menarik oksigen ke paru-paru dan akhirnya ia mati lemas,” jelasnya.

Amos menyebut, orang-orang yang berada dalam kerumunan itu akan meninggal berdiri atau jatuh saat kerumunan runtuh.

Baca Juga: Polisi Korsel Investigasi Dugaan Provokator Kerusuhan di Itaewon, Warganet: Cari Pria Bertelinga Kelinci!

Cara Menyelamatkan Diri dari Kerumunan Sebelum Terjadi Kerusuhan

Suatu kerumunan tanpa sengaja dapat memicu bencana bahkan kematian.

“Menyadari atau mencegah kerumunan massa relatif mudah,” ucap Still.

Namun, menurutnya, hal yang sulit, bahkan mustahil, adalah bertahan hidup di tengah kerumunan.

“Ketika orang menyadari bahwa ada masalah, seringkali sudah terlambat,” kata Amos.

Amos menjelaskan bahwa seseorang harus segera pindah ke tempat yang tidak ramai jika mulai merasa sulit bergerak.

Menurut para ahli, suatu kondisi berisiko bahaya saat kerumunan bergerak lambat dan ada paling tidak enam orang per meter persegi.

Amos juga menyarankan untuk orang di kerumunan memperhatikan pintu keluar atau rute aman tempat menyelamatkan diri.

“Jangan biarkan kesombongan atau rasa malu berkontribusi pada kematian. Kesadaran akan situasi di sekitar adalah kuncinya,” tegas Amos.

Ia menambahkan, melindungi area dada pada diri sendiri adalah tindakan penting untuk bertahan hidup.

“Jika bisa, pegang satu lengan bawah dengan tangan yang lain, dan coba buat “zona penyangga” atau sangkar di sekitar dada dengan menguatkan siku,” jelasnya.

Terakhir, Amos menekankan agar orang-orang tidak berteriak serta harus bergerak sesuai arus.

“Banyak kerumunan massa tertekan akibat satu orang jatuh sehingga membuat orang-orang di belakang ikut tersandung, seperti domino,” ujarnya.

“Jadi, jika melihat seseorang tersandung atau akan tertimbun, coba bantu mereka berdiri. Selain menyelamatkan mereka dari terinjak, juga dapat mencegah kerumunan massa runtuh,” pungkas Amos.***

 

Editor: Maya Atika

Tags

Terkini

Terpopuler