Network
DEMAK BICARA - Warga Palestina di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara menghadapi krisis air bersih yang parah. Meskipun mereka antre di dekat truk tangki air, kapasitas terbatas dari tangki tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan air bagi ratusan warga setiap hari.
Di beberapa area kamp, warga berusaha mengambil air dari saluran yang dihancurkan oleh tentara Israel. Banyak di antara mereka terpaksa menggunakan air terkontaminasi untuk keperluan sehari-hari seperti mencuci dan memasak.
Karam Abu Nada, seorang warga Palestina, menyatakan bahwa mereka sering menggunakan air tercemar tersebut, mengakibatkan dampak kesehatan terutama pada anak-anak, seperti penyakit usus dan kulit. Kekurangan obat-obatan untuk pengobatan semakin memperburuk kondisi mereka.
Baca Juga: Hari ke-114 Genosida : Lebih Banyak Korban Sipil Tewas di Gaza Palestina ketika Perang Terus Terjadi
Raed Radwan, seorang warga Gaza berusia 50 tahun, mengungkapkan bahwa keluarganya terus menghadapi krisis air. Mereka harus mengisi galon plastik dari klub setempat yang hanya memompa air dari sumur pribadi setiap beberapa hari sekali.
Akibat serangan pada 7 Oktober 2023, Israel telah memutus pasokan air, makanan, obat-obatan, listrik, dan bahan bakar untuk 2,3 juta warga Palestina di Gaza. Fasilitas desalinasi dan jaringan pembuangan limbah terganggu, meningkatkan risiko penyebaran penyakit.
Yusuf Hamad, seorang pengungsi, menyampaikan bahwa ribuan orang menderita kondisi kesehatan yang serius karena kelangkaan air. Anak-anak menjadi rentan terhadap penyakit pencernaan dan kulit karena kurangnya kebersihan.
Krisis air ini menjadi bagian dari kesulitan yang dihadapi Gaza setelah perang berkepanjangan antara Israel dan kelompok pejuang Hamas Palestina. PBB telah mengingatkan tentang risiko penyebaran penyakit dan kehidupan sulit yang dihadapi oleh penduduk Gaza.***
