Mitos dan Fakta Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 H, Apa Benar Dilarang Menikah dan Harus Padusan?

- 29 Juli 2022, 07:15 WIB
Ilustrasi: pantangan di malam Tahun Baru Islam bagi masyarakat Jawa.
Ilustrasi: pantangan di malam Tahun Baru Islam bagi masyarakat Jawa. /PEXELS/ Joonas kääriäinen

DEMAK BICARA – Muharram adalah bulan suci dan diperingati sebagai tahun baru Islam. Tahun ini, umat Islam akan merayakan tahun baru 1 Muharram 1444 H. Tapi, berbagai mitos justru beredar di antara masyarakat mengenai bulan mulia ini.

Masyarakat banyak percaya mitos soal bulan Muharram, seperti bulan jahat, ritual padusan, dan larangan menikah.

Kenyataannya, mitos yang banyak dipercaya pada bulan Muharram belum tentu benar dan malah berpotensi menimbulkan musyrik.

Baca Juga: Viral Video Pria Berjoget Erotis di Hotel Jaksel, Dengan Disawer Uang Oleh Wanita Polisi Turuntangan

Sebelum cek kebenaran mitos dan fakta bulan Muharram, berikut penjelasan singkat soal keutamaan bulan suci ini.

Muharram termasuk satu dari empat bulan haram atau bulan yang Allah SWT muliakan, selain itu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab. Hal ini tertuang dalam dalil Surah At-Taubah ayat 36.

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At-Taubah: 36)

Selama bulan penuh berkah ini, Allah SWT melipatgandakan pahala dari amal perbuatan yang manusia lakukan.

Saking banyaknya berkah selama Muharram, Rasulullah SAW sangat menganjurkan umat Muslim mengamalkan puasa Asyura pada 10 Muharram untuk menghapus dosa di tahun kemarin.

Namun, kemuliaan bulan Muharram tidak lepas dari mitos di kalangan masyarakat.

Baca Juga: Faiz Munawwirul Qalbi, Faqih Al Arif Billah, Fahmi Kayani Adha 10 Nama Bayi Isalami Awalan Huruf F

Berikut mitos dan fakta bulan Muharram.

  1. Mitos: bulan suci yang tidak boleh digunakan untuk berperang dan bertumpah darah.

Fakta: benar karena melanggar kehormatan bulan haram.

Bulan Muharram sering umat Muslim percaya sebagai bulan yang dilarang Allah SWT untuk berperang. Di zaman Rasulullah, pasukan Muslimin bahkan wajib berhenti perang apabila bulan Muharram tiba.

Faktanya, larangan ini turun berkat firman Alla SWT di Surah At-Taubah ayat 36 di mana umat-Nya dilarang menganiaya diri sendiri selama bulan Muharram.

Ulama berpendapat, larangan menganiaya diri sendiri ini berarti larangan memulai berperang serta larangan berbuat dosa dan maksiat.

Berperang dianggap melanggar kehormatan bulan haram dan Allah SWT melarang segala perbuatan yang melanggar kehormatannya, termasuk di bulan Muharram.

  1. Mitos: puasa Asyura 10 Muharram hukumnya wajib.

Fakta: puasa Asyura sunnah tapi diutamakan seperti puasa Ramadhan.

Rasulullah SAW memerintahkan umat Islam untuk berpuasa pada 10 Muharram sebagai perwujudan rasa syukur atas pengampunan Allah SWT pada nabi dan rasul yang terjadi pada 10 Muharram, salah satunya Nasi Musa AS yang diselamatkan dari kaum Firaun di Laut Merah.

Puasa Asyura bahkan beliau utamakan nomor dua setelah puasa Ramadhan dan dapat menghapus dosan setahun sebelumnya.

Namun, puasa Asyura tidak wajib atau hanya sunnah. Hal ini disampaikan Aisyah ra. Melalui hr. Al Bukhari.

“Orang-orang biasa berpuasa di Asyura (tanggal sepuluh bulan Muharram) sebelum puasa Ramadhan diwajibkan. Dan pada hari itu Kabah biasanya ditutup dengan penutup. Ketika Allah mewajibkan puasa di bulan Ramadhan, Rasul Allah berkata, “Siapa pun yang ingin berpuasa (pada hari Asyura) boleh melakukannya; dan siapa pun yang ingin meninggalkannya dapat melakukannya.” (HR. Bukhari: 1592)

  1. Mitos: kiamat akan terjadi pada hari Asyura 10 Muharram.

Fakta: tidak ada dalil pendukungnya.

Hari Jumat sering dipercaya sebagai hari terjadinya kiamat kelak. Merujuk pada Al-Imam al-Syafi’i dan al-Imam Ahmad yang meriwayatkan hadist dari Sa’ad bin ‘Ubadah sebagai berikut.

“Hari kiamat juga terjadi di hari Jumat. Tiada malaikat yang didekatkan di sisi Allah, langit, bumi, angin, gunung dan batu kecuali ia khawatir terjadinya kiamat saat hari Jumat.”

Walaupun hari akhir dipercaya terjadi pada Jumat, tidak ada dalil dalam Al Quran dan hadist yang membuat umat Islam tahu bulan spesifik terjadinya kiamat.

“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia...” (Al A’raf 7:187)

  1. Mitos: bulan Muharram adalah bulan jahat atau bulan setan.

Fakta: Muharram adalah bulan suci yang dimuliakan.

Beberapa orang mengaitkan kematian cucu Rasulullah SAW Hussein bin Ali bin Abi Thalib di hari Karbala pada 10 Muharram sebagai hari kesialan.

Kaum Syiah bahkan merayakan hari ini dengan perbuatan menyakiti diri sendiri untuk merapati kemarian Hussein.

Namun, tindakan ini bidah karena tidak diajarkan dalam Al Quran dan oleh Rasulullah. Tradisi itu malah mengotori Muharram yang dilarang Allah SWT untuk perbuatan menyakiti diri sendiri.

  1. Mitos: pernikahan dilarang terselenggara selama bulan Muharram.

Fakta: tidak ada larangan dalam Al Quran.

Masyarakat Jawa percaya bulan Muharram tidak boleh digunakan untuk pernikahan. Pasangan yang melanggar akan mendapat masalah di kemudian hari.

Faktanya, kepercayaan ini muncul mengikuti pihak keraton yang melarang warganya menikah di bulan ini. Padahal, larangan itu ada karena bulan Muharram sering digunakan kaum priyayi untuk menikah.

Al Quran tidak memuat larangan menikah di bulan Muharram. Pernikahan bahkan salah satu ibadah yang wajib disegerakan.

  1. Mitos: tradisi mandi di hari Asyura atau selama bulan Muharram akan membuat sehat dan terjauh dari penyakit.

Fakta: tidak ada dalil Al Quran atau ajaran Rasulullah.

Beberapa daerah memiliki tradisi padusan atau “mandi” yang dilakukan menjelang tahun baru Islam.

Warga berbondong-bondong menuju sumber mata air umum, seperti sungai atau danau, untuk mandi, berendam, atau berenang.

Tradisi ini dianggap membersihkan tubuh menjelang pergantian tahun sekaligus membersihkan diri dan jiwa.

Kenyataannya, tidak ada ajaran Islam terkait hal ini. Tradisi padusan lebih merupakan budaya tradisional daerah yang biasa dikaitkan pada hari raya Islam.***

Editor: Kusuma Nur


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah