Lusinan Warga Rohingya Mendarat di Aceh dalam Keadaan Lemah Usai Sebulan Terombang-ambing di Laut

27 Desember 2022, 10:45 WIB
Para imigran ilegal etnis Rohingya yang terdampar di Aceh, Minggu, 25 Desember 2022. /Humas Bakamla/ANTARA

DEMAK BICARA – Puluhan warga Rohingya mendarat di Pantai Indrapatra, Aceh, setelah sebulanan terombang-ambing di lautan.

Al Jazeera melaporkan, sebanyak 58 pria Rohingya mendarat di Pantai Indrapatra, Desa Ladong, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, pada Minggu, 25 Desember 2022 pagi.

Kelompok pengungsi ini meninggalkan Rohingya, Myanmar, menaiki kapal kayu berlayar dan mengarungi lautan selama sebulan belakangan sebelum tiba di Indonesia.

Pengungsi asal Rohingya itu tiba di Desa Ladong, yang mayoritas warganya nelayan, dalam keadaan lemah dan langsung ditolong warga setempat.

“Mereka terlihat sangat lemah karena kelaparan dan dehidrasi. Beberapa dari mereka sakit setelah perjalanan panjang dan berat di laut,” ujar Ipda Rolly Yuiza Away Kepala Kepolisian Sektor Krueng Raya.

Baca Juga: Hari Paling Berdarah di Myanmar: 38 Demonstran Tewas Ditembak Militer

Paling tidak tiga pria dilarikan ke klinik kesehatan untuk perawatan medis lebih lanjut, sementara warga lainnya menerima perawatan medis di desa tersebut.

Sementara itu, para pengungsi mendapatkan bantuan makanan dan air dari penduduk desa sambil menunggu instruksi lebih lanjut dari imigrasi dan pejabat lokal di Aceh.

Rolly menyebut, salah satu pria di kapal itu yang bisa sedikit berbicara bahasa Melayu mengatakan mereka berada di laut selama lebih dari sebulan.

Mereka bertujuan untuk mendarat di Malaysia untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan bekerja di sana.

Berdasarkan laporan Al Jazeera, Malaysia sering menjadi tujuan bagi kapal-kapal pengungsi tersebut.

Hal ini karena para penyelundup yang membantu warga Rohingya melarikan diri akan menjanjikan kehidupan lebih baik bagi para pengungsi di sana.

Sayangnya, banyak pengungsi Rohingya yang mendarat di Malaysia justru ditahan.

Baca Juga: Menlu Retno Sebut Penggunaan Kekerasan terhadap Demonstran Anti Kudeta Myanmar Tidak Dapat Diterima

Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak pada Jumat lalu agar negara-negara di Asia Selatan menyelamatkan 190 orang pengungsi Rohingya yang terapung di atas kapal kecil selama beberapa minggu di Laut Andaman.

“Laporan menunjukkan bahwa mereka yang berada di atas kapal sekarang telah berada di laut selama sebulan dalam kondisi yang mengerikan dengan makanan atau air yang tidak mencukupi, tanpa upaya apa pun dari negara-negara di wilayah tersebut untuk membantu menyelamatkan nyawa manusia,” tulis UNHCR badan pengungsi PBB.

“Banyak wanita dan anak-anak, dengan laporan hingga 20 orang meninggal di kapal yang tidak layak laut selama perjalanan.”

Rolly belum memastikan asal kelompok itu dan apa mereka bagian dari pengungsi Rohingya yang terapung di Laut Andaman.

Indonesia sesungguhnya tidak ikut dalam Konvensi Pengungsi PBB tahun 1951 yang mengatur hak individu untuk memperoleh suaka dan tanggung jawab negara yang memberikan suaka.

Namun, UNHCR mengatakan peraturan presiden tahun 2016 memberikan dasar hukum yang mengatur bantuan terhadap pengungsi di atas kapal yang mengalami kesulitan di dekat Indonesia.

Hingga November lalu, ketentuan ini membantu 219 pengungsi Rohingya, termasuk 63 perempuan dan 40 anak-anak, yang diselamatkan di lepas pantai Kabupaten Aceh Utara.

Baca Juga: Indonesia Bantah Dukung Rencana Militer Myanmar Adakan Pemilu Ulang

Lebih dari 700.000 Rohingya yang beragama Muslim terpaksa melarikan diri dari Myanmar yang mayoritas beragama Buddha ke kamp-kamp pengungsi di Bangladesh sejak Agustus 2017.

Tom Andrews pelapor khusus PBB tentang situasi hak asasi manusia di Myanmar mendesak pemerintah di Asia Selatan dan Tenggara segera mengkoordinasikan pencarian dan penyelamatan kapal ini serta memastikan mereka turun dengan aman sebelum korban meninggal bertambah.

Militer Myanmar melancarkan operasi pembersihan massal atas serangan pemberontakan dari Rohingya.

Warga Rohingya dipandang negara sebagai penyusup dari Bangladesh sehingga kewarganegaraan, akses ke perawatan kesehatan dan pendidikan, serta izin bepergian mereka sering ditolak.

Selama ini, pasukan keamanan Myanmar dituduh melakukan pemerkosaan massal, pembunuhan dan pembakaran ribuan rumah warga Rohingya.

Akibatnya, mereka sengaja mempertaruhkan nyawa untuk berlayar ke negara-negara mayoritas Muslim lainnya di wilayah tersebut demi hidup yang lebih baik.

Warga Rohingya yang tidak bisa pergi terpaksa bertahan di kamp-kamp pengungsi di negara bagian Rakhine Myanmar dan Cox's Bazar di Bangladesh.***

Editor: Erwina Rachmi Puspapertiwi

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler