Mereka bertujuan untuk mendarat di Malaysia untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan bekerja di sana.
Berdasarkan laporan Al Jazeera, Malaysia sering menjadi tujuan bagi kapal-kapal pengungsi tersebut.
Hal ini karena para penyelundup yang membantu warga Rohingya melarikan diri akan menjanjikan kehidupan lebih baik bagi para pengungsi di sana.
Sayangnya, banyak pengungsi Rohingya yang mendarat di Malaysia justru ditahan.
Baca Juga: Menlu Retno Sebut Penggunaan Kekerasan terhadap Demonstran Anti Kudeta Myanmar Tidak Dapat Diterima
Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak pada Jumat lalu agar negara-negara di Asia Selatan menyelamatkan 190 orang pengungsi Rohingya yang terapung di atas kapal kecil selama beberapa minggu di Laut Andaman.
“Laporan menunjukkan bahwa mereka yang berada di atas kapal sekarang telah berada di laut selama sebulan dalam kondisi yang mengerikan dengan makanan atau air yang tidak mencukupi, tanpa upaya apa pun dari negara-negara di wilayah tersebut untuk membantu menyelamatkan nyawa manusia,” tulis UNHCR badan pengungsi PBB.
“Banyak wanita dan anak-anak, dengan laporan hingga 20 orang meninggal di kapal yang tidak layak laut selama perjalanan.”
Rolly belum memastikan asal kelompok itu dan apa mereka bagian dari pengungsi Rohingya yang terapung di Laut Andaman.
Indonesia sesungguhnya tidak ikut dalam Konvensi Pengungsi PBB tahun 1951 yang mengatur hak individu untuk memperoleh suaka dan tanggung jawab negara yang memberikan suaka.