Liga 1 Disetop! Save Our Soccer Khawatirkan Badai Covid 19 yang Terus Serang Pemain, Permintaan Akmal Marhali

- 2 Februari 2022, 04:38 WIB
Nasib Liga 1 2021/2022 usai kasus Covid 19 melanda pemain Liga 1. Liga 1 diminta setop.
Nasib Liga 1 2021/2022 usai kasus Covid 19 melanda pemain Liga 1. Liga 1 diminta setop. /HARRYHARTOMO/LIB

 

DEMAK BICARA -  Badai Covid 19 kian mengganas, memghantam pemain Persib Bandung, Persebaya Surabaya, Arema FC, hingga para pemain tim nasional (Timnas) Indonesia, dan lainnya pada Liga 1 Seri 4 di Bali.

Tak hanya Persib Bandung, Persebaya Surabaya, Arema FC, dan Timnas Indonesia, laga Persipura Vs Madura United di Stadion Kompyang, kemarin, harus ditunda karena badai Covid 19.

Badai Covid 19 menghantam 24 pemain dan ofisial Tim Sape Kerab yang dinyatakan positif, padahal sebelumnya menimpa Persib Bandung, Persebaya Surabaya, Arema FC, hingga pemain Timnas Indonesia.

PT Liga Indonesia Baru (LIB) menyatakan, total sampai detik ini ada 58 pemain yang terpapar Covid 19, mulai dari Arema FC, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, dan Timnas sebelumnya.

Koordinator Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali, mengatakan, situasi ini jadi kurang kondusif, tentunya.


"Sebaiknya kompetisi dihentikan dulu selama sepekan untuk dilalukan 3 T (Testing, Tracing, Treatment) kepada semua pemain di sistem bubble," kata Akmal Marhali, Koordinator Save Our Soccer (SOS), Selasa 1 Februari 2022.

"Bila situasi Covid 19 sudah terkendali kompetisi bisa dilanjutkan lagi," kata Akmal Marhali, Koordinator Save Our Soccer (SOS) melanjutkan.

Dia menambahkan, Seri 4 BRI Liga 1 2021/2022 bisa dipindahkan ke tempat yang lebih memungkinkan untuk opsi lain.

"Jawa Tengah misalnya," ujar Akmal Marhali, Koordinator Save Our Soccer.

Ada beberapa hal yang menyebabkan penyebaran Covid 19 varian Omicron menjadi sangat masif di sistem bubble Liga 1.

Baca Juga: Eks Persib Bandung Geoffrey Castillion Riwayatmu Kini! dari Timnas Belanda, Liga Italia, jadi Pengangguran

Pertama, kata Akmal Marhali, kendurnya penerapan protokol kesehatan baik 3 T maupun 5 M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, menghindari kerumunan dan Mengurangi mobilitas).

Kedua, sistem bubble to bubble yang diterapkan tidak seketat pada Seri 1 dan Seri 2. Para pemain bebas berwisata, bertemu banyak orang dari kafe, restoran, dan pantai.

Padahal, sejatinya sistem bubble atau gelembung hanya membolehkan para pemain berinteraksi dengan ekosistemnya di hotel, tempat latihan, dan tempat pertandingan.

Ketiga, jadwal pertandingan yang sangat padat dan jam tayang yang larut malam juga ikut memengaruhi penurunan imunitas pemain yang pada akhirnya mudah terpapar.

Baca Juga: Baca Niat Puasa Rajab Sekaligus Qadha Hutang Puasa Ramadan, Tidak Perlu Dua Niat, Lalu yang Mana?

"Ingat, saat gelombang pertama Covid 19 terjadi, salah satu saran yang diberikan para tenaga kesehatan (nakes) adalah jam tidur yang tidak boleh lewat dari jam 22.00 WIB," kata Akmal Marhali.

"Nah, bagaimana mau beristirahat bila jam 00.00 WITA para pemain masih di lapangan. Ini harus dikoreksi PSSI dan LIB untuk disesuaikan," ujar dia.

"Jadwal pertandingan yang larut malam juga harus dihilangkan. Ingat kesehatan adalah prioritas yang harus diutamakan," kata Akmal Marhali. ***

Editor: Diaz A Abidin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x