Selain itu, Nico mengatakan bahwa tidak semua penonton atau suporter Aremania menyebabkan kericuhan dari 40.000 penonton hanya 3.000 penonton yang turun ke lapangan.
"Masih ada 180 orang yang masih dalam perawatan. Dari 40 ribu penonton, tidak semua anarkis. Hanya sebagian, sekitar 3.000 penonton turun ke lapangan," tambahnya.
Pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya di stadion Kanjuruhan sebenarnya berjalan lancar. Namun, usai pertandingan terakhir sejumlah suporter dari Arema FC merasa kecewa atas kekalahan tim kesayangannya sehingga beberapa diantaranya turun ke lapangan guna melampiaskan kekalahannya kepada pemain dan official Arema FC.
Baca Juga: Sholawat Munjiyat, Sholawat Tunjina, Sholawat Penyelamat Dari Segala Sesuatu
Untuk melakukan keamanan petugas lantas menembakkan sejumlah gas air mata guna mengalihkan suporter agar tidak turun ke lapangan dan mengejar pemain.
Menurut keterangan dari Kapolda Jatim, penembakan gas air mata dilakukan oleh polisi karena tim yang berjuluk singo edan turun ke lapangan dan telah melakukan tindakan yang membahayakan nyawa pemain.
Akibat gas air mata tersebut suporter Aremania panik sehingga meninggalkan stadion Kanjuruhan. Namun, hal tersebut membuat penumpukan penonton di pintu keluar sehingga menyebabkan sesak nafas serta menyebabkan oksigen kian menipis yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
"Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen," katanya.
Sementara itu, Bupati Malang M. Sanusi menyatakan bahwa seluruh biaya pengobatan para suporter Arema FC semua akan ditanggung oleh pemerintah kabupaten Malang.
M. Sanusi mengatakan pihaknya sedang melakukan proses evakuasi serta mengerahkan seluruh ambulans di kabupaten Malang guna menolong para korban kericuhan di stadion Kanjuruhan kabupaten Malang.