Jejak Sejarah Selat Muria: Kaitannya dengan Banjir Demak

- 23 Maret 2024, 21:26 WIB
Jejak Sejarah Selat Muria: Kaitannya dengan Banjir Demak
Jejak Sejarah Selat Muria: Kaitannya dengan Banjir Demak /Instagram/@Stuffmap.garage/

DEMAK BICARA - Selat Muria, suatu perairan yang dahulu menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Madura, memainkan peran penting dalam sejarah dan geografi wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Namun, keberadaannya telah menjadi sorotan karena telah lama hilang, bukan karena banjir Demak.

Sejarah menunjukkan bahwa Selat Muria sebelumnya memisahkan Gunung Muria sebagai sebuah pulau terpisah dari Pulau Jawa, sebelum kedua pulau tersebut bergabung pada periode sebelum abad ke-17.

Kota-kota tua bersejarah seperti Demak, Jepara, Kudus, Pati, Juwana, dan Rembang, yang berada di sepanjang wilayah pesisir utara Selat Muria, pernah menjadi pusat-pusat perdagangan penting pada masa lalu.

Baca Juga: Presiden Jokowi Tinjau Lokasi Pasca Banjir di Demak, Berikan Bantuan kepada Pengungsi

Jalur pelayaran Selat Muria memainkan peran vital dalam ekonomi, politik, dan wilayah pada masa Kesultanan Demak, terutama selama era Pangeran Trenggana (1504-1546). Namun, seiring berjalannya waktu, peran Selat Muria dalam dinamika wilayah ini mengalami perubahan.

Studi oleh De Graaf dan Pigeaud menunjukkan bahwa Selat Muria mengalami pendangkalan setelah abad ke-17, sehingga kapal-kapal tidak lagi dapat berlayar di jalur tersebut kecuali pada musim hujan.

Penyebab utama pendangkalan ini adalah pengendapan material sedimen dari Gunung Muria dan Pegunungan Kendeng, serta perubahan aliran sungai seperti Sungai Tuntang.

Baca Juga: Banjir di Demak: Kantor Pajak Tetap Layani Wajib Pajak dengan Layanan Darurat

Perubahan lanskap ini menyebabkan delta-delta sungai seperti Delta Tuntang, Delta Welahan, dan Delta Kudus berkembang dengan cepat, yang pada akhirnya mengakibatkan hilangnya Selat Muria dan mengubah pola aliran sungai serta sistem drainase di Kabupaten Demak.

Dampak hilangnya Selat Muria sangatlah signifikan. Pelabuhan Demak menjadi sepi dari kapal dagang karena kehilangan jalur strategis ini, yang mengubah dinamika ekonomi dan sejarah wilayah tersebut secara keseluruhan.

Meskipun masyarakat mungkin mencoba mengaitkan kemunculan kembali Selat Muria dengan banjir Demak, namun sebenarnya tak ada hubungan langsung antara keduanya. Banjir Demak sendiri merupakan kompleksitas dari berbagai faktor, termasuk pola hujan ekstrem, pendangkalan sungai, dan perubahan tata guna lahan.

Dengan memahami sejarah dan peran Selat Muria, kita dapat lebih mengerti kompleksitas lanskap banjir di Kabupaten Demak dan upaya mitigasi yang perlu dilakukan untuk menghadapi tantangan lingkungan yang terus berubah.***

Editor: Maya Atika


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah