Sejarah Asli Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro yang Dicuri Iqbaal Ramadhan di Film Mencuri Raden Saleh

29 Agustus 2022, 08:18 WIB
Mencuri Raden Saleh /Instagram @mencuriradensalehfilm

 

DEMAK BICARA – Lukisan karya Raden Saleh berjudul Penangkapan Pangeran Diponegoro akan dicuri Iqbaal Ramadhan di Film Mencuri Raden Saleh.

Di film Mencuri Raden Saleh, Iqbaal Ramadhan, Angga Yunanda, Rachel Amanda, Aghniny Haque, Umay Shahab, dan Ari Irham terpaksa mencuri lukisan Raden Saleh demi iming-imingan uang.

Film Mencuri Raden Saleh karya sutradara Angga Dwimas Sasongko telah tayang pada 25 Agustus 2022 di seluruh bioskop Indonesia.

Baca Juga: Mengenal Raden Saleh, Pelukis Legendaris yang Lukisannya Dicuri Iqbaal Ramadhan di Film Mencuri Raden Saleh

Berikut penjelasan lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro buatan Raden Saleh yang dicuri komplotan Iqbaal Ramadhan di film Mencuri Raden Saleh.

Penggambaran Pangeran Diponegoro di Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro

Peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro terjadi pada 28 Maret 1830 atau bertepatan dengan  bulan Ramadhan.

Hal ini terlihat dari tidak ada keris yang terselip di pinggang Pangeran Diponegoro.

Dalam ajaran Islam, Ramadhan merupakan bulan yang dilarang untuk berperang.

Selain itu, Pangeran Diponegoro beserta pasukannya berniat menyambut tawaran berunding dan gencatan senjata dari Belanda, namun malah terkhianati dan ditangkap.

Dalam gambar, Jenderal de Kock terlihat diam tanda mengalah atau merasa malu dari Pangeran Diponegoro dengan cara penangkapan tersebut.

Raden Saleh melukiskan Pangeran Diponegoro sebagai seorang pejuang muslim dengan pakaian ulama sorban, baju koko, jubah, selempang di bahu kanan, dan tasbih di pinggang.

Si tengah atas sorban Pangeran Diponegoro terdapat warna merah dan putih sebagai gambaran Raden Saleh terhadap perjuangan dan perlawanan Pangeran Diponegoro dan rakyat Indonesia melawan kolonial Belanda.

Baca Juga: Kenali Tonic Immobility: Keadaan Tubuh ‘Diam Saja’ Saat Alami Pelecehan Seksual Simak Lengkap Disini

Ekspresi wajah dan gestur tubuh Pangeran Diponegoro juga digambarkan berdiri tegak dengan dada membusung dan mata tegas menatap Jenderal de Kock.

Cara bahasa tubuhnya dilukiskan mencerminkan bahwa Pangeran Diponegoro adalah pejuang yang kuat, berani, dan tidak takut kepada Belanda.

Raden Saleh melukiskan Pangeran Diponegoro di sebelah kanan sejajar dengan posisi de Kock yang berada di sebelah kiri.

Posisi kiri merupakan simbol sebagai tempat untuk perempuan dalam budaya Jawa sehingga de Kock digambarkan menempati posisi kedua.

Lukisan ini juga menggambarkan postur tubuh para opsir Belanda tidak proporsional dengan kepala besar yang menggambarkan mereka penjajah yang angkuh dan sombong.

Orang-orang Belanda berdiri sejajar dengan orang pribumi sebagai penegasan Raden Saleh bahwa penduduk Jawa setara dengan para penjajah.

Sejarah Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro Karya Raden Saleh

Raden Saleh selesai melukis lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro (Gevangenname van Prins Diponegoro) pada tahun 1857, saat ia berusia 46 tahun.

Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro menceritakan sejarah detik-detik Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda pada 28 Maret 1830.

Lukisan ini merupakan respons Raden Saleh atas ketidaksukaannya pada lukisan Penyerahan Pangeran Diponegoro kepada Jenderal De Kock (The Submission of Prince Dipo Negoro to General De Kock) karya pelukis Belanda, Nicolaas Pieneman (1809-1860).

Pemerintahan Belanda menugaskan Pieneman melukis peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Letnan Jenderal Hendrik Merkus de Kock di Magelang setelah bergerilya selama Perang Diponegoro periode 1825-1830.

Raden Saleh merasa prihatin akan detail yang tampak pada lukisan Pieneman yang dianggap tidak menggambarkan peristiwa itu dengan baik.

Terdapat tiga poin utama perbedaan antara kedua lukisan tersebut.

Pertama, Pieneman menggambarkan raut wajah Pangeran Diponegoro terlihat lesu dan pasrah dalam, sedangkan Raden Saleh melukiskan raut wajah tegas dan menahan amarah dari Pangeran Diponegoro.

Kedua, tidak ada bendera Belanda yang berkibar dalam lukisan Raden Saleh, seperti di lukisan Pieneman.

Ketiga, lukisan Pieneman diberi judul Penyerahan Pangeran Diponegoro sementara Raden Saleh memberi judul Penangkapan Pangeran Diponegoro.

Setelah selesai tersebut jadi, Raden Saleh mengirimkan surat kepada Adipati Ernst II dari Sachsen-Coburg dan Gotha pada 12 Maret 1857.

Surat tersebut memberitakan bahwa ia menyelesaikan lukisan historis yang menerangkan penangkapan Diponegoro Kepala Suku Pulau Jawa dan lukisan itu dipersembahkan untuk Paduka Yang Mulia Belanda Raja Willem III.

Raden Saleh juga mengabarkan lukisan tersebut kepada temannya di Jerman bernama Duke Ernst II dari Sachsen-Coburg dan Gotha dengan menyebutnya sebagai Ein historisches Tableau, die Gefangennahme des javanischen Häuptlings Diepo Negoro (lukisan bersejarah tentang penangkapan seorang pemimpin Jawa Diponegoro).

Raden Saleh memberikan lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro kepada Raja Willem III yang sedang menjajah tanah Jawa.

Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro ini kemudian tersimpan selama lebih dari 100 tahun di Istana Den Haag, Belanda.

Pada 1975, lukisan tersebut kembali ke Indonesia dari pihak Kerajaan Belanda sebagai realisasi perjanjian kebudayaan Indonesia-Belanda.

Susanne Erhards seorang ahli restorasi asal Jerman merestorasi lukisan tersebut dan diserahkan pada 27 September 2013 ke Yayasan Arsari Djojohadikusumo kemudian diterima Sekretariat Negara.

Sejak Desember 2014, lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro tersimpan di Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta dan dapat dilihat oleh masyarakat umum.***

Editor: Kusuma Nur

Tags

Terkini

Terpopuler