Kenapa Wanita Jadi Mayoritas Korban Tragedi Itaewon? Ini Penjelasan Para Ahli Medis

31 Oktober 2022, 18:33 WIB
Kenapa Wanita Jadi Mayoritas Korban Tragedi Itaewon? Ini Penjelasan Para Ahli Medis /AS Rabasa /MBC

DEMAK BICARA – Kaum wanita menjadi korban mayoritas dalam tragedi kerusuhan di Itaewon, Seoul, Korea Selatan.

Hingga Senin, 31 Oktober, dilaporkan terdapat 154 korban meninggal dunia dari tragedi Itaewon.

Hampir dua pertiga atau 98 orang dari korban yang tewas dalam tragedi Itaewon adalah perempuan, sementara 56 korban lainnya merupakan laki-laki.

Baca Juga: Hukum Perayaan Halloween dalam Islam, Halal atau Haram?

Lalu, mengapa korban tragedi Itaewon didominasi oleh perempuan?

Belum ada informasi pasti mengenai jumlah total orang yang berada dalam kejadian kerusuhan di Itaewon.

Perbandingan jumlah pengunjung laki-laki dan perempuan juga belum jelas.

Namun, beberapa ahli medis Korea Selatan mengatakan bahwa orang dengan kerangka tubuh lebih kecil dan kekuatan fisik yang lemah akan lebih mudah cedera dalam kerumunan seperti yang terjadi di Itaewon.

Menurut National Health Institute Service, rata-rata laki-laki Korea memiliki tinggi 170,6 cm dan berat 72,7 kg, sedangkan rata-rata perempuan Korea memiliki tinggi 157,1 cm dan berat 57,8 kg.

Ahli medis menyebut, seseorang butuh gerakan konstan dari otot-otot pernapasan dan diafragma untuk bernapas.

Sayangnya, orang yang secara fisik lebih lemah berpotensi menjadi korban saat semua orang terjebak dalam kerusuhan dan berjuang demi kelangsungan hidup mereka sendiri.

Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Arab Saudi Rayakan Pesta Halloween Tapi Tidak Ada Peringatan Maulid Nabi, Takut Bidah?

“Kekuatan untuk melawan tekanan bagi perempuan umumnya lebih lemah daripada laki-laki, serta lebih sulit untuk diresusitasi (diberi pertolongan CPR), jadi mungkin itu sebabnya ada lebih banyak korban perempuan,” jelas Park Jae-Sung profesor pencegahan kebakaran dan bencana di Universitas Siber Soongsil.

Kim Won-young, seorang profesor pengobatan darurat di Asan Medical Center, mengatakan bahwa orang secara otomatis menyilangkan tangan untuk membuat ruang bernapas saat daerah dada mendapatkan tekanan.

Tindakan ini lebih sulit dilakukan untuk orang yang fisiknya lebih lemah di tengah keramaian.

  1. Keith Still, seorang profesor ilmu kerumunan di University of Suffolk di Inggris bagian selatan, mengatakan kepada New York Times bahwa rata-rata perempuan memiliki kerangka lebih kecil daripada laki-laki tetapi memiliki lebih banyak massa tubuh di dada bagian atas mereka.

“Jika ada tekanan di sana (daerah dada), ada lebih banyak massa yang mendorong ke dalam, lebih merugikan bagi perempuan,” katanya.

Selain itu, laki-laki memiliki kekuatan tubuh bagian atas lebih besar sehingga memudahkan keluar dari kerumunan.

Hal ini dibuktikan dari pernyataan saksi mata dan para penyintas yang menunjukkan bahwa pada laki-laki berhasil melarikan diri dari tempat kerusuhan ke toko terdekat, sementara banyak wanita terjebak.

Hong Ki-jeong, seorang profesor pengobatan darurat di Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul yang mengambil bagian dalam operasi penyelamatan, mengatakan bahwa sebagian besar korban meninggal mungkin karena serangan jantung yang disebabkan oleh asfiksia.

Asfiksia adalah kondisi ketika kadar oksigen di dalam tubuh berkurang.

"Ketika (petugas penyelamat) datang untuk menyelamatkan, sebagian besar (korban) tidak responsif terhadap CPR, mati lemas," jelasnya. “Banyak yang pasti sudah menderita kerusakan otak karena asfiksia, jadi tindakan darurat memiliki efek terbatas.”

Dalam dunia kesehatan, jam kritis untuk serangan jantung adalah selama lima menit pertama.

Lebih dari itu, maka korban akan mengalami kerusakan otak.

Setelah 10 menit berlalu, kerusakan menjadi permanen.

Dalam kasus Itaewon, waktu kritis telah berlalu bagi sebagian besar korban karena butuh beberapa menit untuk mengeluarkan mereka dari tumpukan mayat.

Perayaan Halloween Day di Itaewon Korea Selatan pada Sabtu, 29 Oktober 2022 malam menimbulkan jatuh ratusan korban jiwa.

Puluhan ribu pengunjung Itaewon yang berdesakan mengalami gagal jantung kemudian jatuh hingga menumpuk satu sama lain.

Hingga hari ini, Senin, 31 Oktober, terdapat 154 korban meninggal dunia dari tragedi Itaewon, termasuk 26 warga penduduk asing.

Menurut Markas Pusat Penanggulangan Bencana dan Keselamatan Korea Selatan, saat ini terdapat 33 korban yang berada dalam kondisi luka serius serta 116 korban mengalami luka-luka ringan akibat tragedi Itaewon.***

Editor: Kusuma Nur

Tags

Terkini

Terpopuler