Ratu Elizabeth II Wafat dan Pangeran Charles Naik Tahta Bergelar Raja Charles III, Mengapa Tidak I atau II?

- 9 September 2022, 19:50 WIB
Ratu Elizabeth II Wafat dan Pangeran Charles Naik Tahta Bergelar Raja Charles III, Mengapa Tidak I atau II?
Ratu Elizabeth II Wafat dan Pangeran Charles Naik Tahta Bergelar Raja Charles III, Mengapa Tidak I atau II? /Royal.uk


DEMAK BICARA - Kabar duka disampaikan oleh Istana Buckingham Palace Inggris, Ratu Elizabeth II telah meninggal dunia di usia 96 tahun pada hari Kamis 8 September 2022 waktu setempat di Istana Baltimore Skotlandia.

Pemimpin monarki Inggris Ratu Elizabeth II telah memegang kekuasaan selama 70 tahun, tampuk kekuasaan saat ini jatuh pada anak tertuanya yaitu Pangeran Charles yang akan bergelar Raja Charles III.

Pangeran yang bernama lengkap Charles Philip Arthur George sebelumya bergelar Prince of Wales, diserahkannya takhta Inggris dari Ratu Elizabeth II yang kemarin meninggal dunia ini tanpa adanya upacara dan Pangeran Charles sekarang bergelar Raja Charles III.
 
Baca Juga: Ingat Aprilia Manganang? Kini Tampil Makin Mesra Dengan Pasangan dan Sebentar Lagi Melangsungkan Pernikahan

Patut diketahui mengapa di belakang nama Raja Charles terdapat simbol III, karena sebelumnya sudah ada pendahulu yang memegang gelar Raja Charles I dan II, kemudian diteruskan oleh putra sulung mendiang Ratu Elizabeth II tersebut.

Lalu siapakah Raja Charles I dan II? mengapa Pangeran Charles tidak memakai nama itu? simak sejarahnya di artikel ini.

Raja Charles I menurut catatan sejarah adalah seorang raja yang memimpin Inggris Raya termasuk Irlandia dan Skotlandia, ia adalah putra kedua dari Raja James VI dan Ratu Anne dari Denmark.

Lahir di Istana Dunfermline, Fife, Skotlandia pada 19 November tahun 1600, Raja Charles I diangkat sebagai pemegang tahta Inggris Raya pada 25 Maret tahun 1625.

Hanya saja masa kepemimpinan Raja Charles I diwarnai berbagai konflik di lingkungan istana dan juga parlemen Inggris, perselisihan ini dipicu oleh masalah kebijakan yang dibuat dan juga keuangan.

Ditambah lagi langkah kontroversial Raja Charles I saat mempersunting sang permaisuri asal Prancis beragama Kristen Katolik Ratu Henrietta Maria, tindakan ini mengundang amarah rakyat Inggris karena mayoritas masyarakat adalah penganut Kristen Protestan.

Masalah keuangan ini merujuk pada hubungan Raja Charles I dan Duke of Buckingham bernama George Villiers, beberapa ulah dari George yang membuat munculnya banyak konflik termasuk perang Ekspedisi Cadiz melawan Spanyol dan melawan Prancis di perang St. Martin.

George merupakan bangsawan kecil yang melambung kiprahnya hingga ia dicintai dan menjadi orang penting ketika ayah Raja Charles bertahta, ia lalu dibunuh sekitar tahun 1628 oleh militer yang dendam padanya.

Charles I yang mengetahui hal itu lalu murka, ia juga menilai bahwa anggota parlemen diisi oleh kaum politisi berpikiran kaku, sang Raja lalu memutuskan untuk membubarkan parlemen dan memimpin kedaulatan tunggal.
 
Baca Juga: Mengenang Kronologi Tragedi Serangan 9/11: Keruntuhan Menara Kembar WTC di Amerika Serikat

Disamping itu Charles I adalah penganut paham Niccolo Machiavelli yang ber, dimana ia ingin membentuk sebuah kekuasaan absolut yang menempatkan dirinya sendiri sebagai pemegang tahta tertinggi.  

Selama 11 tahun Raja Charles I memimpin tirani tanpa ada dewan pengawas kebijakannya, baru sekitar tahun 1640 parlemen dibentuk kembali, hanya saja benturan politik kembali terjadi saat para legislatif hendak melucuti kewenangan Raja.

Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perang saudara di Inggris Raya, pihak pendukung parlemen di bawah komandan militer Oliver Cromwell melawan pihak loyalis kerajaan, mereka berhasil menangkap dan mendakwa Raja Charles I sebagai penghianat dan menyalahgunakan kekuasaan.

Ia ditahan dan dimakzulkan dari jabatannya, sidang atas dakwaan Raja Charles terjadi pada 27 Januari 1649, isi keputusannya adalah hukuman mati dan eksekusi dilakukan pada 30 Januari 1949 dengan cara dipancung di halaman Banqueting House, Istana Whitehall.

Raja Charles II adalah anak tertua dari Raja Charles I, ketika Raja Charles I diangkat menjadi Raja Inggris Raya beserta Skotlandia dan Irlandia, Charles II diangkat menjadi Pangeran Wales yang suatu saat digadang akan menggantikan ayahnya.

Lahir pada 29 Mei 1630 di Istana St. James London, Charles II harus mengalami pengasingan dan berpindah-pindah bersama saudara dan ibunya, Ratu Henrietta Maria karena kekalahan sang ayah di perang saudara dari pendukung parlemen.

Sebetulnya Charles II sempat melakukan upaya untuk menyelamatkan sang ayah, hanya saja Oliver Cromwell tetap melaksanakan eksekusi pancung pada Raja Charles I.

Karena kemarahannya pada Oliver Cromwell, Charles II memproklamirkan dirinya sebagai Raja Inggris dan didukung oleh Skotlandia, beberapa bagian Irlandia dan sisa dukungan di Inggris Raya.

Pada tahun 1651 ia melakukan invasi ke Inggris tapi dihadang dan digagalkan pasukan Oliver Cromwell, ia kembali melarikan diri ke Prancis kemudian berpindah-pindah dan  selama itu ia dilindungi oleh para rakyat kecil.

Setelah Oliver Cromwell wafat, Richard Cromwell diangkat untuk meneruskan tahta sang ayah namun ketidak cakapannya dalam memimpin membuat rakyat Inggris jengah, dan rakyat juga membenci sistem puritanisme yang selama ini dijalankan oleh parlemen.

Atas dasar itulah Jenderal George Monck menemui Charles II untuk selanjutnya melakukan restorasi Inggris Raya, sebagai kompensasinya adalah kebebasan beragama dan toleransi bagi mantan musuhnya.

Charles II tiba di Dover lalu menuju ke London dimana ia disambut suka cita oleh rakyat, Charles II melakukan tindakan kontroversial dimana ia mengeluarkan mayat Oliver Cromwell dan menggantungnya di Tyburn yang menjadi tempat hukuman mati dan eksekusi para pengkhianat.

Ia dinobatkan menjadi Raja Inggris, Skotlandia dan Irlandia pada 23 April 1661 lalu memulihkan kembali sistem monarki setelah 11 tahun, Raja charles II juga memberikan toleransi dan kebebasan beragama untuk rakyatnya.

Raja Charles II menikah dengan Catherine dari Braganza yang berasal dari Portugal, ia tidak memiliki anak namun menolak untuk menceraikan Catherine, hanya saja banyak yang tahu bahwa Raja Charles II memiliki beberapa wanita simpanan atau gundik.

Beberapa wanita simpanannya yang terkenal adalah seorang aktris panggung bernama Nell Gwyn dan Barbara Villiers yang lebih dikenal dengan nama Barbara Palmer, ini menjadi hal kontroversial lainnya dari Raja Charles II.

Selain itu kehidupannya yang mewah serta flamboyan membuat beberapa pihak tidak menyukainya, juga kedekatan Raja Charles II dengan pihak Katolik sedangkan mayoritas rakyat Inggris adalah penganut Kristen yang puritan.

Tindakan kontroversial lainnya adalah ketika ia mengobarkan perang dengan Belanda untuk mengakhiri dominasi mereka di bidang perdagangan, Raja Charles II juga melakukan kerja sama dengan Raja Louis XIV Perancis agar dibantu menghadapi Belanda dengan janji akan masuk Katolik di kemudian hari.

Raja Charles II membubarkan parlemen, hal yang sama seperti yang pernah dilakukan oleh mendiang ayahnya Raja Charles I, ia meninggal dengan damai pada 6 Februari 1685 di Whitehall Palace London.

Patut ditunggu bagaimana kiprah Raja Charles III mengingat bahwa di masa lalu pun ketika ia masih bergelar Pangeran Charles ia juga pernah menggegerkan rakyat Inggris.
 
Ketika itu Pangeran Charles mengakhiri pernikahannya dengan mendiang Putri Diana dan menikahi Camilla Parker Bowles yang diduga melakukan cinta terlarang dengannya.***

Editor: Kusuma Nur


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x