Kenapa Wanita Jadi Mayoritas Korban Tragedi Itaewon? Ini Penjelasan Para Ahli Medis

- 31 Oktober 2022, 18:33 WIB
Kenapa Wanita Jadi Mayoritas Korban Tragedi Itaewon? Ini Penjelasan Para Ahli Medis
Kenapa Wanita Jadi Mayoritas Korban Tragedi Itaewon? Ini Penjelasan Para Ahli Medis /AS Rabasa /MBC

Ahli medis menyebut, seseorang butuh gerakan konstan dari otot-otot pernapasan dan diafragma untuk bernapas.

Sayangnya, orang yang secara fisik lebih lemah berpotensi menjadi korban saat semua orang terjebak dalam kerusuhan dan berjuang demi kelangsungan hidup mereka sendiri.

Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Arab Saudi Rayakan Pesta Halloween Tapi Tidak Ada Peringatan Maulid Nabi, Takut Bidah?

“Kekuatan untuk melawan tekanan bagi perempuan umumnya lebih lemah daripada laki-laki, serta lebih sulit untuk diresusitasi (diberi pertolongan CPR), jadi mungkin itu sebabnya ada lebih banyak korban perempuan,” jelas Park Jae-Sung profesor pencegahan kebakaran dan bencana di Universitas Siber Soongsil.

Kim Won-young, seorang profesor pengobatan darurat di Asan Medical Center, mengatakan bahwa orang secara otomatis menyilangkan tangan untuk membuat ruang bernapas saat daerah dada mendapatkan tekanan.

Tindakan ini lebih sulit dilakukan untuk orang yang fisiknya lebih lemah di tengah keramaian.

  1. Keith Still, seorang profesor ilmu kerumunan di University of Suffolk di Inggris bagian selatan, mengatakan kepada New York Times bahwa rata-rata perempuan memiliki kerangka lebih kecil daripada laki-laki tetapi memiliki lebih banyak massa tubuh di dada bagian atas mereka.

“Jika ada tekanan di sana (daerah dada), ada lebih banyak massa yang mendorong ke dalam, lebih merugikan bagi perempuan,” katanya.

Selain itu, laki-laki memiliki kekuatan tubuh bagian atas lebih besar sehingga memudahkan keluar dari kerumunan.

Hal ini dibuktikan dari pernyataan saksi mata dan para penyintas yang menunjukkan bahwa pada laki-laki berhasil melarikan diri dari tempat kerusuhan ke toko terdekat, sementara banyak wanita terjebak.

Hong Ki-jeong, seorang profesor pengobatan darurat di Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul yang mengambil bagian dalam operasi penyelamatan, mengatakan bahwa sebagian besar korban meninggal mungkin karena serangan jantung yang disebabkan oleh asfiksia.

Halaman:

Editor: Kusuma Nur


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x