Dokter dan Pemadam Kebakaran Ungkap Momen Tragis Korban Tragedi Itaewon, RS Penuh hingga Lakukan CPR di Jalan

- 2 November 2022, 19:30 WIB
Aparat kepolisian Korea selatan terlihat berada di TKP tragedi Itaewon.
Aparat kepolisian Korea selatan terlihat berada di TKP tragedi Itaewon. /Korea Times oleh Shim Hyun-chul/

DEMAK BICARA - Dokter dan pemadam kebakaran menceritakan momen tragis dan menyedihkan yang terjadi pada para korban tragedi Itaewon.

Perayaan Halloween di Itaewon pada 29 Oktober silam berujung naas saat kerumunan pengunjung berdesakan hingga menewaskan paling tidak 155 orang, membuat 30 orang berada dalam kondisi serius, dan 122 korban lainnya luka ringan.

Para dokter dan pemadam kebakaran yang bertugas malam itu mengungkapkan saat menyedihkan yang terjadi pada para korban tragedi Itaewon.

Dari panggilan telepon bersama media YTN, Dr. Lee Beom Seok menjelaskan momen menyedihkan yang terjadi saat bencana itu terjadi di Itaewon.

Baca Juga: Polisi Korsel Investigasi Dugaan Provokator Kerusuhan di Itaewon, Warganet: Cari Pria Bertelinga Kelinci!

Dr. Lee Beom Seok merupakan salah satu petugas medis yang turun langsung membantu korban saat kejadian berlangsung.

Menurut Dr. Lee, tragedi Itaewon terjadi sekitar pukul 10.20 malam waktu setempat sementara pemadam kebakaran terlihat membawa korban pukul 11.05.

Ia mulai menolong korban sekitar jam 11.10 malam.

Dr. Lee melihat petugas membawa dua wanita keluar dari gang dan melakukan CPR di pinggir jalan.

Cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau dikenal juga dengan sebutan resusitasi jantung paru (RJP) adalah pertolongan pertama pada orang yang berhenti napas.

Baca Juga: Korban Tragedi Kerumunan di Itaewon Bertambah, Total 155 Orang

Setelah itu, jumlah korban yang pingsan semakin bertambah.

Mobil ambulans terus datang dan pergi membawa korban.

Jumlah korban yang bertambah membuat Dr. Lee dan petugas medis kekurangan orang karena paling tidak satu pasien ditangani enam orang.

Untungnya, sejumlah warga yang bisa melakukan pertolongan pertama ikut membantu evakuasi korban.

Dr. Lee juga menjabarkan kondisi para korban tragedi Itaewon yang ia lihat di lokasi kejadian.

Ia menjelaskan, wajah para korban sangat pucat dan tidak menunjukkan denyut nadi atau bernapas.

Korban mengalami mimisan dan bahkan mengeluarkan darah dari mulutnya saat dilakukan CPR.

Ia juga menyebut banyak korban yang luka serius atau meninggal mengalami pembengkakak perut atau distensi abdomen.

Distensi abdomen adalah kondisi perut yang membengkak karena berisi gas atau cairan, seperti darah, yang menumpuk.

Di tempat lain, dokter yang menangani pasien gawat darurat ikut menceritakan kericuhan yang terjadi di rumah sakit saat korban tragedi Itaewon berdatangan.

Dr. Ha Sang Ook, kepala departemen darurat Pusat Medis Universitas Hallym, menyatakan bahwa UGD yang memang sering sibuk saat akhir pekan menjadi lebih ramai akibat kejadian itu.

Ia menyebut, kebanyakan rumah sakit kurang siap menangani lonjakan pasien yang perlu CPR.

“Ini bukan pasien yang terluka ringan. Mereka adalah pasien CPR. Tidak banyak rumah sakit yang dapat menampung puluhan pasien seperti itu sekaligus. Dalam situasi seperti ini, pasien disebar di berbagai rumah sakit sehingga tidak ada satu rumah sakit yang membawa beban berlebihan,” ujar petugas pemadam kebakaran kepada Dr. Ha.

Secara sistem, petugas akan melihat ketersediaan UGD di rumah sakit saat membawa pasien gawat darurat.

Namun, sistem ini tidak berjalan di saat tragedi Itaewon terjadi karena rumah sakit langsung dipenuhi pasien.

“Jika beberapa pasien henti jantung tiba secara bersamaan, maka satu UGD tidak dapat menanganinya,” jelasnya.

Hal ini karena satu pasien yang jantungnya berhenti harus mendapat CPR dari empat petugas medis selama 20-30 menit sebelum dinyatakan tidak terselamatkan.

Keadaan ini semakin parah karena kekacauan di Itaewon membuat korban tidak langsung ditangani medis.

Dr Heo Tag menjelaskan, hanya butuh satu atau dua menit bagi seseorang untuk kehilangan kesadaran, sedangkan batas diberikan CPR agar mencegah gagal jantung adalah empat menit.

Ditambah lagi, korban tragedi Itaewon tidak hanya membutuhkan CPR melainkan juga penanganan kerusakan atau pendarahan organ tubuh akibat berdesakan selama dua jam.***

Editor: Maya Atika


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x