Network
DEMAK BICARA - Sebuah sajian kuliner istimewa menjadi sorotan utama di Kota Solo, Jawa Tengah, yang tak hanya menggugah selera, tetapi juga mengundang nostalgia dan kenangan masa lalu. Inilah bubur samin, sebuah kuliner lezat yang menjadi primadona di Masjid Darussalam, Jayengan, Serengan, Solo.
Bubur samin adalah sajian bubur dengan cita rasa gurih yang khas, terbuat dari beras, daging sapi, susu, rempah, dan santan, yang diolah dengan resep khusus menggunakan minyak samin. Keistimewaannya terletak pada warna kekuningan yang menjadi ciri khasnya.
Disajikan secara gratis oleh takmir Masjid Darussalam, bubur ini menjadi menu takjil yang dinantikan oleh masyarakat, bukan hanya dari Kota Solo, tetapi juga dari sekitarnya.
Baca Juga: 3 Resep Takjil Buka Puasa Ramadhan : Manis, Segar dan Sehat
Proses pembuatan bubur samin dimulai sejak pagi hari dengan meracik bumbu-bumbu yang digunakan. Kemudian, diolah oleh juru masak andalan masjid hingga menjelang waktu berbuka puasa. Dalam sehari, diperlukan sekitar 45-50 kg beras untuk menyajikan 1.000 porsi bubur.
Antusiasme masyarakat terhadap bubur ini begitu besar sehingga warga Soloraya, seperti Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali, hingga Klaten, rela berbondong-bondong ke Kota Solo untuk menikmati sajian istimewa ini.
Meski bubur samin dikenal sebagai kuliner khas Ramadan di Kota Solo, sejarahnya sebenarnya berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di sana, bubur ini merupakan makanan sehari-hari yang mudah ditemukan. Namun, di Kota Solo, bubur samin memiliki cerita tersendiri.
Baca Juga: Resep Salad Buah Mayo Super Enak, Paduan Segar dan Manis untuk Hidangan Penutup
Berawal dari kebiasaan saudagar dan perajin batu mulia serta pendatang dari Martapura yang merantau ke Kota Solo sekitar tahun 1907, bubur samin menjadi sajian tak terpisahkan dari tradisi berbuka puasa di Masjid Darussalam.
