Hari Pagerwesi mengandung filosofis sebagai simbol keteguhan iman.
Baca Juga: Wanita Pembawa Pistol ke Istana Presiden Diperiksa Densus 88
Pagerwesi berasal dari kata “pager” yang berarti pagar atau pelindung dan “wesi” yang berarti besi.
Pagerwesi atau Pagar Besi memiliki makna suatu sikap keteguhan dari iman dan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia karena dipercaya bahwa kehidupan manusia akan mengalami kegelapan (Awidya) jika tanpa ilmu pengetahuan.
Dalam ajaran Hindu, ilmu pengetahuan mengalir kemudian melembaga dalam suatu proses untuk mewujudkan jagadhita.
Umat Hindu wajib menghormati catur guru atau empat guru yang terdiri dari guru rupaka (orangtua), guru pengajian (guru di sekolah), guru wisesa (pemerintah), dan guru swadyaya (Ida Sang Hyang Widhi).
Masyarakat Hindu di Bali merayakan Hari Raya Pagerwesi pada tengah malam, beda dengan perayaan lainnya.
Di hari Pagerwesi, hampir setiap orang akan memasang sesajen khas Bali di depan rumah.
Orang-orang Bali juga menaruh persembahan mereka di kuburan anggota keluarga yang telah meninggal tapi belum dikremasi untuk melindungi mereka secara rohani.
Setelah itu, mereka akan berdoa di pura pribadi, bernama Sanggah atau Merajan, di rumah mereka.