PSSI Didukung Netizen Keluar dari AFF: Ini Untung Rugi Gabung EAFF dan CAFA

3 Agustus 2022, 13:02 WIB
PSSI mempertimbangkan pindah ke Konfederasi Sepak Bola Asia Timur (EAFF) atau Asosiasi Sepak Bola Asia Tengah (CAFA), apa untung dan rugi? /PSSI

 

 

DEMAK BICARA – Kabar PSSI inginkan Tim Nasional (Timnas) Indonesia keluar dari AFF masih santer beredar usai kegagalan Garuda U 19 pada Piala AFF lalu.

Di mana gagal melaju ke semifinal Piala AFF U 19 2022 akibat kalah head-to-head dengan Thailand dan Vietnam, lalu apa untung rugi gabung EAFF dan CAFA?.

PSSI disebut mempertimbangkan pindah ke Konfederasi Sepak Bola Asia Timur (EAFF) atau Asosiasi Sepak Bola Asia Tengah (CAFA).

Hal ini juga mendapat dukungan netizen Indonesia yang mencurigai ada kecurangan dalam laga Thailand Vs Vietnam kemarin.

Isu kepindahan PSSI dari AFF ke EAFF atau CAFA muncul pasca Indonesia gagal lolos ke semifinal Piala AFF U-19 2022.

 

Saat itu, Indonesia kalah head-to-head dari Thailand dan Vietnam yang dianggap sengaja bermain imbang pada perandingan terakhir supaya lolos ke semifinal.

Netizen yang kesal akhirnya mendorong PSSI pindah ke EAFF atau CAFA.

Lalu, apa untung dan rugi dari bergabungnya Timnas Indonesia ke EAFF atau CAFA?

Berikut penjelasannya:

EAFF

Konfederasi Sepak Bola Asia Timur (EAFF) saat ini memiliki 10 anggota federasi sepak bola Asia, kecuali Timnas Kepulauan Mariana Utara yang awalnya dari Konfederasi Sepak Bola Oceania kemudian masuk EAFF pada 2008.

Apabila bergabung ke EAFF, Indonesia akan bertanding bersama Jepang, China, dan Korea Slatan.

Keuntungan:

1. Level permainan Indonesia akan meningkat karena lawannya negara andalan Asia di Piala Dunia.

2. Timnas Indonesia menjadi lebih kompetitif karena melawan timnas yang masuk ranking 100 besar Fifa, yaitu China (78), Korea Selatan (28) dan Jepang (24).

 

Kerugian:

1. Sistem Piala EAFF E-1 hanya dimainkan oleh 4 negara, sedangkan Jepang, Korea Selatan, dan China menjadi peserta tetap karena rankingnya paling tinggi.

Indonesia harus menjalani babak kualifikasi agar mendapatkan tempat dan bisa bermain di kompetisi EAFF level senior.

 

2. EAFF hanya menggelar kompetisi level senior.

Beda dari AFF, EAFF tidak menggelar Piala EAFF untuk U-16, U-19, atau U-23 karena pelatihan di negaranya sudah bagus dan mampu bersaing di level Piala Asia.

Indonesia masih memerlukan kompetisi level kelompok umur untuk menguji permainan Garuda Muda di tingkat internasional.

 

2. Jarak Indonesia ke negara EAFF lebih jauh dari AFF.

Hong Kong berada paling dekat dari Indonesia dengan jarak 3.269 km, sedangkan China (Beijing) terjauh 7.198 km.

Waktu penerbangan juga lama. Indonesia ke Hong Kong butuh 5 jam, sedangkan Kepulauan Mariana Utara paling jauh dan butuh hampir 14 jam.

Jarak yang jauh juga memperngaruhi biaya yang akan dikeluarkan lebih tinggi.

Contohnya, penerbangan ke Kepulauan Mariana Utara memakan biaya hampir 12 juta dengan jadwal yang tidak selalu tersedia.

 

3. Perbedaan iklim dan cuaca.

Jika selama bertanding di AFF Timnas Indonesia berada di negara Asia Tenggara yang memiliki iklim, cuaca, dan suhu yang mirip, maka tidak dengan EAFF.

Timnas Indonesia harus beradaptasi dengan cuaca yang berbeda, apalagi kalau pertandingan dilaksanakan di musim panas atau dingin.

Sistem pelatihannya pasti berbeda dari yang biasa diterapkan saat ini.

 

CAFA

Selain EAFF, PSSI juga memiliki opsi lain pindah ke CAFA.

Asosiasi Sepak Bola Asia Tengah (CAFA) menaungi federasi sepak bola di 6 negara Asia Tengah, meliputi Afghanistan, Iran, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan.

Keuntungan:

1. Perpindahan federasi ke CAFA lebih mudah.

Jika Kepulauan Mariana Utara yang ada di luar Asia Timur bergabung ke EAFF, CAFA memiliki dua negara anggota pindahan, yaitu Afghanistan dari Federasi Sepak Bola Asia Selatan (SAFF) dan Iran dari Federasi Sepak Bola Asia Barat (WAFF).

Hal ini menunjukkan, CAFA mudah menerima federasi lain sebagai anggota baru.

Persetujuan CAFA menjadi salah satu syarat kepindahan tim sepak bola suatu negara ke federasi lain.

 

2. Indonesia juga akan meningkatkan level permainan jika bertanding dengan CAFA.

Timnas Indonesia dituntut lebih kompetitif karena semua anggota CAFA memiliki ranking FIFA di atas Indonesia, yaitu Uzbekistan (77), Kyrgyzstan (95), Tajikistan (108), Turkmenistan (135), dan Afghanistan (154).

 

3. CAFA memiliki kompetisi level kelompok usia.

Timnas Indonesia U-15, U-16, dan U-19, bahkan timnas wanita U-15, U-17, U-18, U-19, U-20, dan U-23, dapat bertanding di Piala CAFA.

Artinya, Garuda Muda tetap dapat menjajal pertandingan level internasional.

 

Kekurangan:

1. Semua timnas anggota CAFA memiliki ranking FIFA di atas Indonesia.

Timnas Merah Putih mungkin akan kesulitan melawan mereka.

Ini berbeda dari EAFFA yang punya beberapa negara dengan ranking di bawah Indonesia maupun anggota AFF yang memiliki ranking berdekatan dengan Indonesia.

 

2. CAFA tidak memiliki kompetisi level senior.

Hal ini tentu memberatkan Timnas Indonesia dan menghambat ranking Indonesia di FIFA meningkat.

Adapun masalah PSSI dan AFF berawal dari Thailand dan Vietnam dianggap bermain aman selama babak kualifikasi Piala AFF 2022 saat masing-masing sudah memasukkan satu gol ke gawang lawan.

Dalam babak kualifikasi Grup A, keduanya punya peluang besar lolos ke semifinal hanya dengan bermain imbang.

Kondisi ini berbeda dari Indonesia yang wajib menang besar melawan Myanmar agar naik ke peringkat 2 dan menjadi runner-up Grup A sebelum lanjut semifinal.

Di saat Timnas Indonesia U-19 mengalahkan Myanmar dengan skor 5-1, permainan Thailand dan Vietnam justru terlihat tidak serius dan sengaja mempertahankan skor imbang 1-1 agar lolos ke semifinal.

 

Atas hal itu, PSSI melayangkan surat protes ke AFF.

"Namun, PSSI juga melihat saat laga antara Thailand dan Vietnam ada sesuatu yang tidak berjalan sebagaimana mestinya (fairplay). Apakah pantas sebuah negara besar seperti itu melakukan hal itu. PSSI tidak menuduh, tetapi kita hanya mempertanyakan,” ujar Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan, dikutip prfmnews.pikiran-rakyat.com dari laman resmi PSSI.

Menurutnya, kedua tim tidak berniat menyerang lawan usai seri 1-1 dan terkesan mengulur waktu pertandingan selesai.

Saat ini, pihaknya masih terus mengkaji keputusan akhir apakah PSSI keluar atau bertahan di AFF.

“Jadi setelah ini kita akan diskusikan dengan anggota Exco PSSI untuk membahas untung ruginya kita keluar atau tidak dari AFF. Setelah itu baru kita putuskan,” kata Sekjen PSSI Yunus nUSI dikutip dari laman resmi PSSI.***

 

 

Editor: Diaz A Abidin

Tags

Terkini

Terpopuler