DEMAK BICARA - Selat Muria, suatu perairan yang dahulu menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Madura, memainkan peran penting dalam sejarah dan geografi wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Namun, keberadaannya telah menjadi sorotan karena telah lama hilang, bukan karena banjir Demak.
Sejarah menunjukkan bahwa Selat Muria sebelumnya memisahkan Gunung Muria sebagai sebuah pulau terpisah dari Pulau Jawa, sebelum kedua pulau tersebut bergabung pada periode sebelum abad ke-17.
Kota-kota tua bersejarah seperti Demak, Jepara, Kudus, Pati, Juwana, dan Rembang, yang berada di sepanjang wilayah pesisir utara Selat Muria, pernah menjadi pusat-pusat perdagangan penting pada masa lalu.
Baca Juga: Presiden Jokowi Tinjau Lokasi Pasca Banjir di Demak, Berikan Bantuan kepada Pengungsi
Jalur pelayaran Selat Muria memainkan peran vital dalam ekonomi, politik, dan wilayah pada masa Kesultanan Demak, terutama selama era Pangeran Trenggana (1504-1546). Namun, seiring berjalannya waktu, peran Selat Muria dalam dinamika wilayah ini mengalami perubahan.
Studi oleh De Graaf dan Pigeaud menunjukkan bahwa Selat Muria mengalami pendangkalan setelah abad ke-17, sehingga kapal-kapal tidak lagi dapat berlayar di jalur tersebut kecuali pada musim hujan.
Penyebab utama pendangkalan ini adalah pengendapan material sedimen dari Gunung Muria dan Pegunungan Kendeng, serta perubahan aliran sungai seperti Sungai Tuntang.
Baca Juga: Banjir di Demak: Kantor Pajak Tetap Layani Wajib Pajak dengan Layanan Darurat
Perubahan lanskap ini menyebabkan delta-delta sungai seperti Delta Tuntang, Delta Welahan, dan Delta Kudus berkembang dengan cepat, yang pada akhirnya mengakibatkan hilangnya Selat Muria dan mengubah pola aliran sungai serta sistem drainase di Kabupaten Demak.