Abbas memiliki hubungan yang bervariasi dengan negara-negara Arab, yang secara tradisional menjadi pendukung dan pelindung Palestina. Ia menghargai solidaritas dan bantuan yang diberikan oleh negara-negara Arab kepada Palestina, baik secara politik maupun ekonomi.
Reaksi Terhadap Normalisasi Hubungan
Namun, Abbas juga merasa khawatir dengan perubahan sikap beberapa negara Arab terhadap Israel. Normalisasi hubungan oleh beberapa negara Arab dengan Israel, terutama setelah perjanjian tahun 2020, dinilai sebagai pengkhianatan terhadap Palestina.
Dalam kesimpulan, Mahmoud Abbas bukanlah pemimpin pro-Israel, tetapi juga bukan pemimpin yang sepenuhnya anti-Israel.
Ia adalah seorang pemimpin yang realistis dan rasional, yang berusaha mencari solusi damai bagi konflik Israel-Palestina, tanpa mengorbankan hak-hak dan aspirasi rakyat Palestina. Ia juga menghadapi tantangan dan tekanan dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun dari luar Palestina, yang membuat posisinya semakin sulit dan tidak stabil.
Mahmoud Abbas membutuhkan dukungan dan kerjasama dari semua pihak yang peduli dengan masa depan Palestina dan perdamaian di Timur Tengah.***