Waduh! Masih Banyak Orang yang Anggap Covid-19 Konspirasi dan Rekayasa

- 22 Februari 2021, 15:46 WIB
Ilustrasi cara cegah COVID-19: konsumsi makanan berikut
Ilustrasi cara cegah COVID-19: konsumsi makanan berikut /Pixabay/ @Tumisu

DEMAK BICARA – Masyarakat Indonesia masih banyak yang menganggap COVID-19 adalah konspirasi dan hasil rekayasa manusia.

Hal ini berdasarkan survey yang dilakukan lembaga Parameter Politik Indonesia yang digelar pada 3-8 Februari 2021.


"Setelah hampir satu tahun COVID-19 masuk Indonesia, ternyata masih cukup banyak orang yang menganggap COVID-19 adalah konspirasi (20,3 persen) dan merupakan hasil rekayasa manusia (28,7 persen)," kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno dalam keterangannya di Jakarta, Senin 22 Februari 2021.

Dia menyarankan agar sosialisasi maupun edukasi terhadap masyarakat terkait COVID-19 masih penting untuk terus digencarkan.

Adi menjelaskan, survei tersebut menanyakan kepada responden apakah COVID-19 nyata atau rekayasa (konspirasi) yang dibuat untuk tujuan tertentu.

Baca Juga: Undur Diri dari Wakil Wali Kota Palu, Pasha Ungu Ingin Fokus di Dunia Musik
Hasilnya, menurut dia, sebanyak 56,7 persen menilai COVID-19 adalah nyata, 20,3 persen menganggap virus tersebut merupakan konspirasi, dan 23 persen tidak menjawab.

Adi mengatakan, survei tersebut juga menanyakan kepada responden apakah COVID-19 terbentuk secara alami atau rekayasa buatan manusia untuk tujuan tertentu.

"Sebanyak 48,9 persen responden menilai COVID-19 terbentuk secara alami, 28,7 persen buatan manusia, dan tidak menjawab sebesar 22,4 persen," ujarnya.

Dia menjelaskan, temuan lain data survei tersebut menunjukkan bahwa kondisi ekonomi masyarakat saat ini masih relatif belum membaik dibanding 10 bulan yang lalu saat COVID-19 baru menyerang Indonesia.

Menurut dia, sebanyak 44,2 persen responden menilai kondisi ekonomi keluarga sama saja dibandingkan saat COVID-19 menyerang Indonesia pada bulan April 2020.

"Sebanyak 39,1 persen menilai kondisi ekonomi keluarga lebih buruk, 13,9 persen menganggap kondisinya lebih baik, dan 2,8 persen tidak menjawab," katanya.

Baca Juga: Wujud Nyata Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Sediakan Air Bersih untuk NTT

Kondisi itu, menurut dia, memicu kejenuhan masyarakat sehingga bersikap kurang peduli terhadap wabah COVID-19.

Adi menjelaskan, ketika responden diminta memilih antara aktifitas ekonomi atau penanggulangan wabah, masyarakat terbelah.

"Responden cenderung lebih memilih pembebasan aktifitas ekonomi walaupun berpotensi meningkatkan penyebaran COVID-19 yaitu sebesar 39,1 persen, dan sebanyak 32,9 persen responden memilih membatasi aktifitas ekonomi masyarakat demi mengurangi penyebaran virus corona," katanya.

Survei Parameter Politik Indonesia tersebut dilakukan pada 3-8 Februari 2021 dengan melibatkan 1.200 responden, diambil dengan menggunakan metode simple random sampling dari 6.000 data target yang telah dipilih secara random dari kerangka sampel.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode telepolling menggunakan kuisioner yang dilakukan oleh surveyor terlatih. Margin of error survei sebesar ± 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.*

Editor: Dedi Ermasyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x