Investigasi Washington Post dari Tragedi Kanjuruhan: 40 Tembakan Gas Air Mata Selama 10 Menit Picu Kepanikan

- 7 Oktober 2022, 21:43 WIB
Investigasi Washington Post dari Tragedi Kanjuruhan: 40 Tembakan Gas Air Mata Selama 10 Menit Picu Kepanikan
Investigasi Washington Post dari Tragedi Kanjuruhan: 40 Tembakan Gas Air Mata Selama 10 Menit Picu Kepanikan /Kolase foto diolah/Media Kupang

DEMAK BICARA – Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan paling tidak 131 korban serta menyebabkan 440 orang luka ringan dan 29 orang luka berat dalam laga BRI Liga 1 2022/2023 antara Arema FC vs Persebaya pada Sabtu kemain mendapatkan perhatian dari media asing, salah satunya Washington Post.

Pada Kamis, 6 Oktober 2022 malam, Washington Post merilis hasil investigasi yang dilakukan terkait tragedi Kanjuruhan.

Investigasi yang dilakukan Washington Post menemukan bahwa sejumlah amunisi, seperti gas air mata, flash bang dan flare, ditembakkan sebanyak paling tidak 40 kali selama 10 menit ke arah lapangan dan tribun penonton di Stadion Kanjuruhan.

Baca Juga: Hasil dan Klasemen Liga Eropa UEFA 2022-2023 Grup F, Lazio Tidak Mampu Rebut 3 Poin

Temuan ini didapatkan Washington Post dari analisis terhadap 100 video dan foto kejadian, pernyataan 11 saksi mata, serta analisis pakar pengendalian massa dan advokat hak-hak sipil.

Investigasi Washington Post mengungkapkan, polisi menggunakan gas air mata untuk merespons ratusan Aremania, penggemar Arema FC, yang memasuki lapangan usai klub kesayangan mereka kalah 2-3 dari rival utama di Jawa Timur, Persebaya.

Video yang Washington Post dapatkan secara eksklusif menunjukkan bahwa polisi menembakkan setidaknya 40 amunisi tidak mematikan ke penggemar di lapangan dan tribun.

Tembakan gas air mata membuat ribuan penonton panik dan cepat-cepat mengungsi dari tempat duduk mereka.

Baca Juga: Hasil dan Klasemen Liga Eropa UEFA 2022-2023 Grup E, Rashford Selamatkan Manchester United

Video menunjukkan, kemacetan terbentuk di depan pintu keluar yang hanya cukup lebar dilewati satu atau dua orang sekaligus.

Sejumlah saksi mata yang diwawancarai Washington Post bahkan menyatakan beberapa pintu gerbang Stadion Kanjuruhan masih terkunci, seperti pintu di tribun 4 dan 8.

Pintu keluar yang terbuka di tribun lain terhalang orang-orang yang pingsan atau tersandung, ungkap saksi mata.

Sebuah grafis yang dirilis media asal Amerika Serikat ini memperlihatkan, polisi paling banyak menembakkan gas air mata dari dekat tribun 12 dan 13 ke arah lapangan dan tribun.

Saat gas dan asap mengepul di tribun 12 dan 13 dan pintu keluar terhalang, banyak penonton melompat kembali ke lapangan untuk menghindar.

Namun, polisi kemudian menembakkan lebih banyak gas air mata ke ujung selatan stadion, bahkan langsung ke tribun.

Hasil analisis media tersebut menunjukkan, angin berhembus ke arah tribun 11, 12, 13 sehingga sebagian besar gas air mata melayang ke arah sana.

Di tiga tribun bagian selatan inilah diketahui jatuh korban jiwa paling banyak, bahkan pintu 13 dijuluki ‘pintu neraka’ akibat tragedi Kanjuruhan.

Menurut Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta, dikutip dari New York Times, gas air mata ditembakkan karena ada anarkisme para suporter berbuat anarkis dengan menyerang polisi dan merusak mobil.

Para penonton, lanjutnya, menumpuk di pintu keluar stadion akibat gas air mata sehingga sesak napas dan kehilangan oksigen.

Menurut Nico, penonton tidak mematuhi aturan sehingga menyebabkan peristiwa itu terjadi.

Namun, pendapat ini dibantah pakar pengendalian massa yang menganalisis video dari Washington Post.

Clifford Stott, profesor di Universitas Keele Inggris yang mempelajari kepolisian dan seorang penggemar olahraga, saat meninjau video yang disediakan Washington Post mengatakan bahwa tragedi Kanjuruhan terjadi akibat tindakan polisi dan manajemen stadion yang buruk.

Menurutnya, penggunaan gas air mata di Stadion Kanjuruhan oleh polisi tidak sesuai tempatnya.

"Menembakkan gas air mata ke tribun penonton saat gerbang terkunci kemungkinan besar tidak akan menghasilkan apa-apa selain korban jiwa dalam jumlah besar," katanya. "Dan itulah yang terjadi."

PSSI mengakui bahwa beberapa pintu keluar Stadion Kanjuruhan tertutup saat polisi mulai menembakkan gas air mata walau tidak menyebutkan jumlahnya.

Erwin Tobing Ketua Komdis PSSI mengaku, para pekerja di Stadion Kanjuruhan belum sempat membuka semua gerbang.

Anehnya, para ahli pengendalian massa yang Washington Post wawancarai mencatat bahwa pertandingan telah berakhir selama sekitar 11 menit saat polisi mulai menembakkan gas air mata.

Penyelidik polisi, saat menganalisis enam CCTV dari 14 gerbang di stadion pada Selasa lalu, juga mengatakan bahwa pintu-pintu Stadion Kanjuruhan terbuka tetapi terlalu sempit untuk menghadapi jumlah massa yang keluar.

Namun, Washington Post berpendapat lain saat melihat foto dan video yang menunjukkan beberapa pintu di sekitar Stadion Kanjuruhan bengkok setelah insiden itu.

“Saya melihat rekaman video gerbang dari baja yang bengkok karena tekanan. Yah, pintu hanya bisa bengkok oleh tekanan jika terkunci rapat,” ujar Stott.***

Editor: Maya Atika


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah