Mengenal Pertamax Green 92, BBM yang Diusung Pertamina untuk Gantikan Pertalite

- 1 September 2023, 19:33 WIB
Ilustrasi. Pertamina mengusung BBM baru Pertamax Green 92 untuk mengganti Pertalite yang rencananya akan dihapus.
Ilustrasi. Pertamina mengusung BBM baru Pertamax Green 92 untuk mengganti Pertalite yang rencananya akan dihapus. /Instagram.com/@pertamina

DEMAK BICARA - PT Pertamina (Persero) beberapa waktu lalu telah mengumumkan rencana menghapus Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite dan akan digantikan dengan produk baru yakni Pertamax Green 92.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menyebutkan, Pertamax Green 92 sebenarnya adalah jenis BBM Pertalite yang dicampur dengan tujuh persen etanol sehingga kadar oktannya naik dari 90 ke 92.

Penghapusan Pertalite oleh Pertamina dan digantikan ke jenis BBM Pertamax Green 92 yang diklaim lebih ramah lingkungan tersebut, dikatakan Nicke, rencananya akan mulai dilakukan tahun 2024 mendatang.

Baca Juga: Aturan Tidak Wajib Skripsi sebagai Syarat Kelulusan Sudah Diberlakukan Kemendikbud untuk Mahasiswa Jenjang Ini

“Oleh karena itu tahun 2024 mohon dukungannya juga kami akan mengeluarkan lagi yang kita sebut Pertamax Green 92," kata Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu, 30 Agustus 2023.

"Sebetulnya ini Pertalite kita campur dengan etanol, naik oktannya dari 90 ke 92,” kata Nicke menambahkan.

Pertamax Green 92 adalah produk baru yang diusung Pertamina dengan spesifikasi BBM jenis Pertalite (RON 90) yang dicampur dengan tujuh persen etanol atau E7 sehingga mempunyai kadar oktan yang lebih tinggi (RON 92).

Penggunaan BBM dengan oktan lebih tinggi yang menggunakan etanol itu juga menurut Nicke dapat memperbaiki emisi karbon dari kendaraan dan lebih ramah lingkungan.

Untuk itu, Nicke juga meminta dukungan kepada pemerintah dengan membebaskan bea cukai impor bioetanol.

“Tapi nggak masalah karena kita juga impor gasolin. Kita hanya mengganti saja impor gasolin dengan etanol, secara emisi lebih baik. Sementara kita belum memenuhi produksi dalam negeri, kita minta ada pembebasan dari pajak impornya,” ucap Nicke.

“Kita juga bisa gunakan energi sesuai dengan domestic resources yang kita miliki which is BBM dan bisa kurang emisi dengan cepat, apalagi sekarang masalah polusi lagi hits,” tutur Nicke.

Untuk etanol itu sendiri, dihasilkan dari molases tebu dan menjadi bahan bakar nabati yang terbarukan. 

Selain Pertamax Green 92, Pertamina juga sudah meluncurkan BBM jenis Pertamax Green 95 dengan kandungan oktan lebih tinggi atau RON 95.

Pertamax Green 95 sendiri merupakan BBM Pertamax yang juga dicampur dengan etanol sebanyak delapan persen atau E8 sehingga menaikkan kadar oktan menjadi RON 95.

Namun, hal itu perlu diimbangi dari sisi penyediaan etanol. Diperlukan perluasan area perkebunan agar dapat memproduksi lebih banyak etanol sebagai campuran BBM untuk memenuhi produksi dalam negeri agar tidak perlu mengimpornya.

“Jika sebelumnya kita sudah memproduksi biodiesel B30, maka selanjutnya ke biogasoline berbasis etanol. Itu bisa dari tebu, singkong, jagung, dan sorgum,” ujar Nicke.

Lebih lanjut Nicke menerangkan, langkah tersebut merupakan lanjutan dari program 'Langit Biru' yang memasuki tahap kedua. Sebelumnya, sudah dilakukan penghapusan BBM RON 88 (Premium) dan menggantinya dengan RON 90 (Pertalite).

Hal tersebut dilakukan karena sesuai dengan aturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bahwa kadar oktan bahan bakar yang boleh beredar atau dijual di Indonesia adalah minimum 91.

Usulan subsidi untuk Pertamax Green 92

Untuk Pertamax Green 92 diusulkan bakal masuk dalam barang subsidi jenis BBM khusus penugasan (JBKP) yang harganya akan diatur oleh pemerintah di luar fluktuasi harga minyak mentah dunia.

Artinya, Pertamax Green 92 jika disetujui oleh pemerintah akan menjadi BBM bersubsidi atau ada mekanisme kompensasi di dalamnya dengan ketentuan harga yang ditentukan oleh pemerintah.

Namun tentu saja usulan tersebut harus melalui persetujuan pemerintah. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, belum mengiyakan apakah rencana tersebut akan direalisasikan tahun depan karena masih dalam pengkajian.

Etanol yang kini mulai diproduksi di Indonesia sebagai bahan campuran BBM memang sekaligus akan mengurangi ketergantungan impor minyak mentah nasional.

Akan tetapi, Arifin mengingatkan juga bahwa inovasi BBM hijau yang ramah lingkungan tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, apalagi jika itu menjadi BBM bersubsidi.***

Editor: Ryadh Fadhillah Junianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah