Disebutkan bahkan Netanyahu saat ini sedang mempertimbangkan penggunaan vaksin sebagai alat diplomatik yang efektif kepada negara-negara Arab yang menjadi rivalnya. Tapi, belum ada kejelasan akan seperti apa rencana ini dijalankan.
Baca Juga: Dari Dalam Penjara Israel, Lelaki Palestina Ini Selundupkan Sperma dan Berhasil Punya Anak
Baca Juga: Demonstran Antikudeta Myanmar: Ibuku Tidak Melarangku Berdemo, Kami Ingin Demokrasi
Kesepakatan rahasia ini cukup kontroversial dan mendapatkan sorotan. Terutama spekulasi apakah Bashar akan membagikan vaksin itu kepada rakyatnya atau hanya untuk kalangan tertentu.
Kritik juga muncul di dalam negeri Israel. Salah satunya dilontarkan Gideon Saar, rival politik Netanyahu. Gideon menyatakan sikap Netanyahu menutupi informasi terkait dengan kesepakatan vaksin dengan Suriah dan Rusia itu tidak bisa diterima. Demikian dilansir dari The Guardian pada Senin, 22 Februari 2021.
Sementara Yoav Limor, kritikus di media sayap kanan Israel, Hayom, menyatakan tidak masalah Netanyahu mengambil langkah itu. Tapi, tidak perlu menutup-nutupinya. Menurut Yoav, upaya menutupi kesepakatan itu adalah sebuah "noda".
Baca Juga: Inggris Desak China Buka Total Akses Penyelidikan Penyiksaan Muslim Uighur
"Sah bagi pemerintah Israel untuk membayar dengan bentuk mata uang lain. Namun, keputusan untuk merahasiakannya sangat membingungkan dan mengkhawatirkan," katanya.
Hubungan Israel dengan Suriah dan Rusia sebenarnya memanas belakangan ini. Terutama dipicu masalah perbatasan. Israel beberapa kali meluncurkan rudal ke kawasan Suriah.***